Showing posts with label curhat. Show all posts
Showing posts with label curhat. Show all posts

Tuesday, September 10, 2013

Yabai!

Bismillahirrahmanirrahiim..

Yabai!!!

The more i'm being pushed, the more i run away.

Yappari mada kodomo desune, watashi wa..

Thursday, September 5, 2013

Absurd

Bismillahirrahmanirrahiim..

Dan segala nya berubah menjadi absurd di penghujung malam ini.
Oh ya..bukan berubah, lebih tepatnya -kembali- kembali menjadi (lebih) absurd.
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menyudahi segala keabsurdan ini.
Mudah saja sebenarnya.
Yang absurd itu..segera konkretkan!
Tapi..
Untuk membuat yang absurd menjadi konkret, ternyata butuh keberanian.
And i'm still coward :(


Friday, August 30, 2013

it's suppose to be enough

Bismillahirrahmanirrahiim..

You've got the answers, aren't you?
And it's actually always lies in your mushaf.
Why you just keep wandering even though you already knew where's the place of all of your answers.
Qur'anul Kareem.
The answers always lies in there, perfectly.
And now, Allah gives you direct answers. In Qs. Al-Ankabut : 1-5
Read it! Not only with your eyes, but also with your heart.
It's suppose to be enough.
To heal your wounded heart, sar.


Tuesday, January 22, 2013

Kalau cinta..




Bismillahirrahmanirrahiim..

Kalau memang merasa tidak baik, tidak bagus, bergelimang kekurangan di sana-sini.
Lalu merasa tidak pantas.

Mestinya memaksa diri untuk belajar menjadi baik, belajar menjadi lebih bagus, menambali kekurangan di sana-sini dengan kebaikan.
Lalu memantaskan diri.

Karena kalau hanya bersungut saja, terpuruk saja, galau dan gelisah saja.
Lalu berdiam diri.
Apa gunanya?

Yang buruk akan tetap buruk, yang jelek masih akan jelek, dan kekurangan disana-sini akan tetap ada.
Atau malah bertambah.
Lalu menyesal saja yang tersisa.
Apa gunanya?

Bukankah Allah sudah anugerahi manusia dengan segala potensi akal dan hatinya. 
Untuk bisa belajar dan tumbuh.
Lalu apa yang kurang?

Kalau tahu tak bisa, belajar terus sampai bisa.
Jangan malah putus apa.
Lalu merasa paling nestapa.
Apa gunanya?

Kalau orang yang dimabuk cinta saja bisa merubah dirinya sedemikian rupa demi orang yang dicintainya.
Make over sana-sini, merubah tampilan, merubah sikap, agar yang dicintainya membalas jua dengan cinta.

Lalu bagaimana cinta pada Dia Yang membuatmu ada di dunia ?
Masak tidak mau memaksa diri untuk berubah, menjadi lebih baik, menjadi lebih bagus, menambal rombeng-rombeng yang ada di diri.

Katanya cinta..
Apa cuma omong kosong ya?
Pemanis citra ya ?
Biar disangka shalehah ya ?

Kalau orang yang jatuh cinta saja rela berkorban demi yang dicintainya. Gunung didaki, lautan di seberangi. Apa aja buat yang dicintainya, bahkan mengorbankan harta, benda, kenyamanan. Anything for the one they love.

Terus bagaimana cinta pada Dia Yang Maha Mencintaimu?
Cuma diminta untuk taat. Jalani yang diperintahkan, jauhi yang dilarang. Liat tuntunannya di Al-Qur'an. Teladani model manusia sejati, baginda Rasulullah SAW. 
Gak diminta buat candi dalam semalam, gak diminta memindahkan gunung, atau membelah lautan kok.
Masih merasa susah??

Katanya cinta..
Cuma 'kata-kata' ya ?
Tapi pembuktiannya mana ya?
Kenapa ya?

Katanya  Lillahita'ala..mana buktinya ?

Kalau cinta..
Walaupun merasa tidak baik. Harus memaksa jadi baik. ..
Walaupun merasa jelek. Bagaimana caranya harus menjadi cantik di hadapan Dia.
Walaupun merasa banyak kekurangan di sana-sini. Belajar untuk menambah kebaikan di sana-sini.

Bukan malah mengeluh terus.
Galau terus.
Sedih terus.
Diam.
Putus asa.

Naudzubillah min dzalik.

Kalau katanya cinta Allah, ya dirinya di-upgrade terus supaya jadi pribadi yang pantas memperoleh cinta-Nya 

Ingat terus kata-kata ustadz santun ini..

"Jadikan cintaku padaMu ya Allah, berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tak suka. Karena aku tau, menaatiMu dalam hal yang tak kusukai adalah kepayahan, perjuangan, dan gelimang pahala. Karena seringkali ketidaksukaanku hanyalah bagian dari ketidaktahuanku" -Ust. Salim A Fillah-


#NoteToMySelf

Sunday, December 11, 2011

Berpikirlah lebih keras, dik

Bismillahirrahmanirrahiim...

Kuharap kamu bisa membaca isi hatiku, walau sulit, kutau itu..

Kuharap kau bisa merasakan semilir kasih yang ku berikan padamu, walaupun susah, kutau itu..

Kuharap kau mampu memecahkan sandi-sandi cinta yang terasa rumit ku ungkapkan dalam bahasa sederhana, walaupun begitu complicated, ku tau itu..

Kuharap kau bisa mengerti..

Aku hanya terlalu pemalu untuk mengungkap segala rasa yang ada di dalam diri..

Dan gengsi ini memiliki nada yang terlampau tinggi ketimbang suara hati..

Jadi..

Kumohon mengertilah..

Dan berpikirlah lebih keras...

Ya ya ya...

Berpikirlah lebih keras..

Dibalik marahku itu tersimpan sayang yang melibihi gunung padamu..

Dibalik wajah acuhku tersimpan kepedulian sedalam samudera terhadap dirimu..

Dibalik ejekanku padamu tersimpan rasa bangga yang luar biasa..

Aaah...

Aku memang tidak pandai mengekspresikan rasa cinta pada orang yang benar-benar kucinta..

Kata-kata sayang begitu mudahnya menjadi kalimat pedas yang memekakan telinga..

Belaian lembut justru berubah menjadi serangan fisik yang membuat takut..

Pelukan?Rangkulan?

Ahhhh...aku hanya tak mampu melakukan itu..

Aku MALU! mengertilah kamu..

Oleh karena itu...

Berpikirlah lebih keras..

Ya..ya..ya...

Bahwa cinta itu tidak melulu harus diekspresikan dalam tindakan nyata..

Dalam diamku aku sungguh menyayangimu..

Dalam acuhku aku sungguh peduli padamu...

Dalam marahku aku sungguh menginginkan yang terbaik bagimu..

Oleh karena itu..

Tolonglah...

Berpikirlah lebih keras..

Karena kakakmu ini sebenarnya adalah seorang PEMALU..


*hmmmmhhh :(

Saturday, December 10, 2011

Maafkan aku,dik

Bismillahirrahmanirrahiim...

Aku tau..
Tanganku mencoba menggapai gunung yang jauh, namun begitu saja melewatimu..
Mencoba meraih bintang nun tinggi di angkasa, namun begitu saja menghempaskanmu...
Berusaha menyelam jauh ke dasar laut, namun mengacuhkanmu..

Ya..KAMU!

Kamu yang jelas-jelas ada di hadapanku..

Yang tiap hari wajahnya kupandang acuh..

Kamu yang perlahan pergi menjauh..

Berlari jauh meninggalkanku..

Kamu yang kini mulai asyik dengan duniamu yang baru..

Ya...KAMU!

Kamu yang dulu hanya memandangku..

Dengan serius mengeja tiap kata yang keluar dari mulutku...

Melaksanakan tiap apa yang kuminta darimu..

Dan kini kau menjauh dan tak mau mendengarkanku..

Kau berlari dan menari bersama kumpulan orang asing yang tak kutau..

Tertawa dengan kumpulan raut yang tak kukenal, dan bukan dengan diriku..

Cemburu..

Ya...AKU CEMBURU!

Aku tau itu semua karena kebodohanku..

Aku yang bodoh yang begitu saja melewatimu, mengacuhkanmu, dan tak memandangmu..

Tidak merangkulmu lembut, dan kini orang lain yang merangkulmu..

Ah..aku memang bodoh..

Kini justru aku yang tersungkur..

Melihatmu menjadi sosok yang berbeda dari yang dulu..

Kau kini tumbuh besar dan mulai beranjak pergi..

Maafkan aku...

Maafkan aku,,

Yang tidak merangkulmu dengan lembut..

Yang tidak menatapmu lekat-lekat dan dalam..

Yang sulit mengeluarkan bahasa cinta untukmu..


Maafkan aku dik..


*For YOU, atashi no imotou


Saturday, October 22, 2011

untukmu sahabat

Bismillahirrahmanirrahiim..

Aku selalu ingin bertanya, apa gerangan yang terjadi pada dirimu,duhai sahabatku?
Episode kehidupan apa yang kau lalui sehingga warnamu berubah seperti itu??
Begitu berbeda..warna yang asing..yang tak sedikitpun ku mengenalnya..

Sahabatku, apa yang engkau lalui? yang engkau tempuh selama ini? sehingga warnamu menjadi begitu asing dihadapanku?
Apa yang engkau hadapi?yang membuat warnamu begitu berbeda?
Peristiwa apa yang luput dari hadapanku?yang membuat warnamu berpendar menjadi kelabu??

Sahabatku..
Aku sungguh merindukanmu…merindukan warna-warnamu yang dulu..

Warna putih untuk kepolosanmu..
Warna oranye untuk kehangatanmu..
Warna merah untuk semangatmu…
Warna biru untuk ketenanganmu…
Warna hijau untuk keteduhanmu..

Namun…
Warna yang saat ini yang kulihat pada dirimu hanya satu: abu-abu

Sahabat…
sungguh ku sangat merindukanmu..
Ku merindukan pancaran warnamu yang begitu indah..
Kemilau warnamu dulu yang begitu bercahaya..
Yang membuatku begitu terpana..
Dan membuatku ingin memiliki pancaran warna yang tak kalah indahnya..

Sahabatku…
Walau kini kau terlihat begitu berbeda..
Walau sekarang tak lagi kurasakan pancaran yang sama seperti dulu..
Namun satu hal yang kutau pasti..

Apapun yang terjadi..
Apapun yang terjadi…

Engkau masih sahabat terbaikku



Tuesday, August 9, 2011

Kemana dikau pergi (impianku)?



Bismillahirrahmanirrahiim.

Hidup tanpa impian ibarat berjalan di tengah pekatnya kegelapan tanpa setitik cahaya.
Kelam.
Suram.
Dan Membingungkan.
Karena diri ini tidak tau harus berjalan kemana.

Mungkin perasaan inilah yang akhir-akhir ini kerap menghinggapiku. Tanpa impian. Atau lebih tepatnya impianku saat ini sedang tidak berada di tempat semestinya. Entah kemana perginya ia. Apakah ia sedang tergusur oleh realita yang akhir-akhir ini (juga) menghujani diriku bertubi-tubi?

Impianku. Aku tau saat ini ia sedang berada entah dimana. Jauh, jauh dari dalam hatiku. Dan menyedihkan itu adalah ketika kau melihat orang lain sedang begitu bersemangat merealisasikan impiannya agar menjadi kenyataan, sedang dirimu masih berkutat di dalam kegelapan, mencari impianmu yang hilang.

Apa yang membuat ia pergi?apa yang membuatnya menjauh dari relung hatiku?

Mungkinkah karena sekumpulan realita-realita itu, sehingga kini kau pergi menjauh, impianku? Realita-realita yang ternyata tak cukup kuat untuk kuhadapi? Jangankan menghadapinya, melihatnya saja diriku sudah lemas tak bertenaga.

Namun sialnya, realita itu begitu nyata, ya. Mengerikan dan tak dapat terelakkan. Ia terserak dimana-mana, mengikuti diriku layaknya hantu. Di rumah, di jalanan, dimana-mana ia selalu ada. Dan ternyata diri ini hanya mampu menutup mata, menutup telinga, dan kembali bermain di dalam kegelapan yang mencekam alih-alih menghadapinya. Padahal diri ini sadar betul, bahwa menghadapi realita adalah satu-satunya cara untuk dapat menaklukkannya. Tapi lagi-lagi diri ini terlalu lemah, haha..

Sampai kapan ya impianku ini mengungsi dari diriku?

Semoga tidak berlangsung lama. Karena aku sangat ingin ia kembali secepatnya, dan membuat kata "ganbatte" terasa begitu nyata, bukan cuma omong kosong belaka.

Kapan ya ia hadir kembali, tak peduli sekeras apapun realitas mencabik-cabik diriku, namun ia akan tetap menerangi dan mengangkatku dari kegelapan yang pekat.

Semoga tak lama ya kau mengungsi..

Impianku..

Wednesday, August 3, 2011

Ini kali ketiga

Bismillahirrahmanirrahiim..

Ini kali ketiga aku bertemu denganmu.
Di waktu dhuha, di atas kendaraan oranye-biru itu.

Ini kali ketiga kurasakan sensasi yang sama ketika melihatmu.
Kesedihan tak beralasan yang menilisik kalbuku.

Ini kali ketika kulihat sosok gempalmu mengetuk-ngetukan receh di jendela pintu, sambil berteriak dengan suara melengking, memanggil setiap orang untuk naik ke kendaraan oranye-biru mu itu.

Dan lagi-lagi, rasa iba yang kurasakan di dalam dadaku.

Ini kali ketiga kulihat sorot mata itu.
Sorot matamu yang memancarkan kesedihan yang tak kumengerti.

Ini kali ketiga pertanyaan-pertanyaan itu kembali meluncur dari dalam otakku.

Apa yang kau lakukan di atas kendaraan oranye-biru ini?
Mengapa anak seusiamu sudah harus menghadapi kerasnya kehidupan jalanan?
Apakah kau masih sekolah?
Mana orangtuamu?
Apakah kau hari ini puasa?

Dan segudang pertanyaan yang terpendam dan tak pernah keluar dari mulutku.

Ini kali ketiga..

Semoga ini bukan kali ketiga kudengar pria "pemarah" itu membentakmu.

Karena sungguh, tak tega diriku menatap sorot matamu yang lugu itu..

Wednesday, July 20, 2011

apakah kau masih selembut dahulu?(please, jawab "masih")

Bismillahirrahmanirrahiim...

"Apakah kau masih selembut dahulu?"

Satu baris kalimat yang begitu ingin saya tanyakan teruntuk dua orang kakak tersayang. Kak, masihkah kau selembut dahulu?

Ternyata, masa depan itu memang sebuah misteri. Tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada diri kita. Masihkah sama?atau berubah seiring berjalannya sang waktu?

Teruntuk dua orang kakakku tersayang, apakah kau masih selembut dahulu, kak?

Apakah di lisanmu masih kerap keluar kata-kata penuh mutiara hikmah yang dibalut dengan kelembutan suaramu, kak?

Apakah masih dapat kudengar sayup lembut suaramu, lirih kalimat penuh maknamu ketika Allah mempertemukan kita nanti?

Sungguh aku rindu sebait kalimat lembutmu kak.

"Kita berjuang disini hanya untuk Allah, bukan untuk manusia"

Sungguh, aku benar-benar rindu untaian kalimat indah yang terucap dari bibirmu, kak.

"Kamu tahu dek, mereka tidak akan tahu dan mengerti apa yang kamu rasakan kalau kamu gak bilang, karena Allah tidak menganugerahi telinga supersonik pada manusia yang dapat mendengar suara hati kamu"

Apakah kau masih selembut dahulu, kak? Semoga jawabannya adalah masih.






Sunday, July 10, 2011

Menyebalkan itu

Bismillahirrahmanirrahiim..

Menyebalkan itu adalah..

Di saat engkau ingin berteriak, namun suaramu tertahan.

Menyebalkan itu adalah..

Di saat engkau ingin berbuat banyak, namun tubuhmu terbujur kaku tak berdaya.

Menyebalkan itu adalah..

Di saat engkau terjebak di kegelapan dan tak kuasa menyalakan lentera, walau kau sedang memegangnya erat.

Menyebalkan itu adalah...

Di saat engkau ingin menangis sekuat tenaga, namun air matamu menolak untuk jatuh.

Menyebalkan itu adalah...

Di saat engkau harus berkata "tidak apa-apa" padahal ada banyak hal yang "apa-apa" di sekelilingmu..

Menyebalkan itu adalah...



Di saat engkau hanya dapat curhat di dunia maya, namun menjadi bisu ketika berhadapan dengan dunia nyata

Thursday, July 7, 2011

Sejauh mana dua kalimat itu bertransofrmasi menjadi kerja nyata?

Bismillahirrahmanirrahiim..

"Sebuah janji akan terus menjadi hutang sebelum janji itu ditunaikan. Sebuah janji akan menjadi omongkosong ketika ia diabaikan.Karena janji itu tidak akan tetap terjaga hingga akhir dunia"

Cukup dua kata yang kini bergelantungan di relung otak saya.

Ma'na Syahadatain.

Makna yang terungkap dari kalimat tertinggi. Makna dari kalimat yang merupakan tiket masuk ke dalam barisan para mujahid/ah yang dicintai oleh Allah.

Ketika menelisik ke dalam diri lagi, sejenak berpikir, sejauh mana diri saya ini memaknai kaliamat syahadat dengan sebenar-benarnya makna? Sejauh mana syahadatain yang saya ucapkan setiap shalat ini memberikan ruh dalam setiap kerja dan amal yang saya lakukan?

Hmmm..mari bermuhasabah...

Ketika berbicara bagaimana aplikasi dari sebuah konsep, berarti kita berbicara terkait kerja apa yang bisa kita lakukan untuk menghidupkan ruh konsep tersebut ke dalam sebuah bentuk gerak nyata. Kini pertanyaannya, bagaimana aplikasi terhadap pemaknaan syahadatain yang sering kita ucapkan. Kalimat Maha Dasyhat yang menyebabkan padamnya api majusi, porak-poranda nya istana kisra dalam rangka meninggikan kalimat ini di bumi-Nya. Dua kalimat yang membuat Rasulullah SAW putih rambutnya, patah giginya di saat perang, demi tegaknya kalimat-Nya di bumi cinta-Nya.

Aplikasi dari makna syahadatain dapat kita teladani dari suri tauladan kita, Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabatnya. Ketika syahadatain telah termaknai dengan sebenar-benarnya makna, telah mengalir dalam aliran darah, telah terpatri dalam lobus otak, dan telah berdetak bersama jantung, maka tegaknya kalimat syahadat adalah harga mati yang harus kita perjuangkan. Betapa demi tegaknya kalimat syahadat Billal bin Rabbah rela ditindih batu diterik panas dan hujanan penyiksaan, demi satu kata, "ahad, ahad". Betapa demi tegaknya kalimat syahadat Abu Bakar RA rela digigit laba-laba dikala menemani Rasulullah SAW bersembunyi di gua Tsur. Betapa demi tegaknya kalimatullah, Umar RA rela dipukuli oleh petinggi-petinggi Quraisy saat ia mengumumkan keislamannya. Betapa demi tegaknya kalimat syahadat para tabi'in, mujahid/ah di berbagai belahan dunia berjuang dengan segenap jiwa dan raga.

Mungkin perjuangan kita saat ini belum seberapa dibandingkan mereka. Tidak sepersepuluh, sepeseratus, atau bahkan seperseribu( ?) dari kerja nyata yang telah mereka lakukan.

Namun, bukan berarti dalam mentransformasikan syahadatain dalam kerja nyata harus berbentuk kerja-kerja WAH yang luar biasa. Ketika kita menjadikan hanya Allah-lah satu-satunya tujuan hidup, belajar, berorganisasi, bekerja, berinteraksi, bernafas, berbicara, bahkan berdetaknya jantung kita, maka hal tersebut merupakan sebentuk pembuktian kita terhadap syahadatain yang kita ucapkan di tiap shalat kita. Ketika kita menjadikan Rasulullah sebagai teladan, role model di tiap jengkal kehidupan kita, meneladani kehidupannya, mempelajari cara kerjanya, maka hal itu pun merupakan sebentuk aplikasi kita terhadap syahadatain yang sering kita ucapkan, walau sering pula tak sadar akan maknanya.

Ya..syahadatain memang mutlak butuh pembuktian. Bukti bahwa kita paham makna luar biasa yang terkandung di dalamnya. Tidak sembarang kalimat, bahkan kalimat ini sudah tertuliskan di dalam syurga-Nya sejak nabi Adam AS bertempat di sana.

Aplikasi syahadatain pada tiap diri kita memang hanya kita yang bisa menjawabnya. Sejauh mana asy-hadu alla illa haa ilallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah benar-benar tertancap dalam di relung jiwa dan kemudian menjadi motor penggerak di dunia nyata.

Mari bermuhasabah..



Tuesday, June 28, 2011

an unic day named : TODAY ^^

Bismillahirrahmanirrahiim..

Well, hari ini adalah hari yang unik bagi saya. Iro-iro happened today and so unpredictable. Hmm..banyak banget yang akan saya ceritakan, karena yang terjadi hari ini juga banyak, hehehe

Sebenarnya hari ini adalah hari yang penting buat saya. Ada sebuah agenda yang awalnya saya pikir saya tidak akan termasuk orang yang diundang dalam agenda tersebut, eh gak taunya di last minute saya dikasi tau kalau saya juga diundang. Agenda tersebut adalah agenda sharing RUU Perguruan Tinggi dengan Komisi X DPR RI dan kampus saya termasuk yang diundang untuk diskusi. Karena saya sendiri masih belum terlalu paham dengan konten RUU PT tersebut, jadilah saya penganut paham SKS (Sistem Kebut Semalam) dalam mencari data mengenai RUU PT tersebut.

Tapi ternyata Allah SWT berkehendak lain. Mungkin memang sudah takdir atau saya belum berjodoh dengan agenda ini. Saya yang sudah berangkat dengan semangat '45 membara di dalam dada ternyata tidak bisa sampai tepat waktu di tempat lokasi. Alasan? Hmm..saya NYASAR saudara-saudara. Sebenarnya gak benar-benar ilang di tempat antah berantah, cuma saya bingung arah, maklum kecerdasan spasial saya memang agak kurang. Awalnya saya fikir ketika ketemuan di kampus sebelum berangkat, saya akan diberikan rute yang jelas menuju gedung MPR/DPR, sarangnya wakil rakyat tersebut. Eeeh..pas nyampe di kampus ternyata orang-orang yang ngajak ketemuan pada belum datang. Walhasil setengah jam saya nunggu di kampus tercinta. Gak lama kemudian tiba-tiba SMS masuk ke hp saya. Kakak kelas saya meminta saya untuk berangkat duluan ke gedung tersebut. Astaghfirullah, sebut saya dalam hati, saya benar-benar blank ,gak tau mau naik apa. Tanya sana-sini ternyata pada gak tau juga. Dan dengan ilmu sotoyisme, saya berangkat ke terminal Senen dari kampus. Saya pikir kalau dari terminal pasti ada transportasi kemana-mana.

(Gedung tongkrongan para wakil rakyat)

Di dalam metromini menuju Senen, saya sibuk googling sana-sini untuk nyari metromini,bus, traja, atau angkotan apapun yang bisa saya tumpangi untuk ke gedung DPR. Tapi hasilnya nihil, tidak ada website yang benar-benar memberikan informasi mengenai transportasi menuju gedung DPR/MPR RI. Sesampainya di stasiun Senen, saya langsung mendatangi abang-abang penjual asongan.

Saya : Misi bang, numpang tanya, kalau dari sini ke arah Komdak naik apa ya?
Abang penjual 1 : Oh, naik patas AC 44 yang arah CIledug bisa kayaknya neng, coba aja tanya-tanya nanti sama keneknya.
Saya : Ooh gitu ya bang, makasih ya..

Dalam hati saya ragu banget, Itu patas kan yang ngebawa saya pulang ke rumah di Ciledug, kalau saya naik itu berarti saya bakalan pulang lagi ini. Seingat saya patas AC 44 gak lewat gedung DPR/MPR, tapi apa iya ya..saya emang jarang perhatiin jalan kalau lagi di bus, paling sering mah tidur, jadi agak ragu juga saya. Jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 09:00, jadwal ketemuan dengan Komisi X, yaah..telat nih saya. Saya adalah tipikal orang yang paling benci terlambat, apalagi dalam memenuhi sebuah undangan. Saya inget betul, prinsip saya dulu (sekarang udah gak gitu-gitu amat sih) : lebih baik tidak sama sekali dibandingkan terlambat, hahaha..ekstrem ya..tapi memang begitulah, kayaknya kehilangan kredibilitas aja kalau kita terlambat, apalagi di agenda yang penting.

Dan finally dengan berat hati saya memutuskan untuk tidak ikut dalam agenda tersebut. Sayang banget sih, tapi saya gak ada gambaran ke sana naik apa, turun dimana, dan segala tetek bengeknya. Selain itu faktor terlambat tadi juga membuat saya semakin ragu untuk hadir. Lagipula di undangannya tertulis maksimal 3 orang, jadi kurang dari itu gak apa-apa kan, kata saya dalam hati. Dan voila, saya tidak jadi ke gedung DPR/MPR RI untuk sharing RUU PT..hiks..hiks

Akhirnya saya memutuskan untuk naik patas ac 44 sambil memastikan apakah benar ini patas lewat gedung DPR/MPR,. Ternyata tidak saudara-saudara, patas ini melewati Monas, sampai Sudirman, hmmmm...emang gak jodoh saya sama agenda itu.

DI dalam bus saya muter otak. Ini masih pagi, kalau saya pulang bisa-bisa diketawain sama tukang ojek (apa hubungannya coba,hahhaa). Saya menengok uang di kantong saya, ada sekitar 35ribu. Buat nonton bioskop cukup nih kayaknya, pikir saya. Walhasil saya memutuskan untuk nonton bioskop di CBD, biar sekalian jalan. Sampai di CBD ternyata bioskopnya belum buka, jadilah saya harus menunggu (lagi). Padahal saya benci banget kalau disuruh nunggu, untung bawa buku, jadinya bisa baca-baca sambil nunggu. Satu jam kemudian bioskop pun dibuka, saya pun langsung meluncur ke loket.

Saya : Serdadu Kumbang satu orang ya mbak.

(Poster Film Serdadu Kumbang)

Yup, film Serdadu Kumbang yang jadi pilihan saya. Sudah sejak lama saya ngincer film ini dan baru bisa kesampaian hari ini. Well, dari tema cerita sebenarnya bagus, cuma ada beberapa hal yang janggal yang saya rasakan sebagai penikmat film (ciaelahh..ahahha). Saya rasa pesan moral yang ingin disampaikan di film ini terlalu "nampak". Bukan secara halus menelisik ke dalam kalbu tapi lebih pada disodorkan ke penonton. Agak berbeda dengan film buatan Dedy Mizwar yang setipe, namun cara pengemasannya lebih cantik. Tapi overall filmnya bagus dan mendidik. Ya, daripada film horor gajebo yang mengarah ke pornografi, film ini bisa disebut sebagai oase di padang pasir lah..

Setelah selesai nonton, saya berniat untuk makan siang, soalnya perut saya udah buat orkestra, gak bisa diam. Saya liat di kantong saya uang saya tinggal 14 ribu. Itung-itung cukup lah buat makan di h*kb*n paket hemat. Sisanya ngepas banget buat ongkos naek metromini, 2 ribu. Saya langsung meluncur ke restoran fast-food bernuansa Jepang tersebut. Saya lihat harga paket hemat 1, sekitar 11 ribu 2 ratus lebih lah, cukup Insya Allah buat makan, palingan kalau kena pajak mentok-mentok 12 ribu, begitu pikir saya. Ternyata, ketika bayar di kasir, harga total plus PPN jadi Rp.12.500,- alamak! saya defisit Rp.500. Dengan berat hati saya menyerahkan kepingan koin lima ratus rupiah yang saya ambil dari ongkos saya. Sekarang ongkos saya jadi kurang gopek.

(Kendaraan favorit saya :p )

Sambil makan saya terus muter otak, gimana nih caranya supaya bisa pulang. Naik taksi?gak punya duit. Minta jemput?gak kece banget kayak bocah. Ngemis di jalan?gak ada tampang :p Minjem duit sama ibu-ibu sebelah?gengsi euy, mana cuma gopek doang lagi. Akhirnya saya berdoa dengan sesungguh-sungguhnya, ya Allah, berikanlah saya kepingan uang gopek. Saya udek-udek kantong, selipan di tas, selipan dompet, berharap ada kepingan logam Rp.500 yang terselip. Tapi yang saya temukan hanya 3 keping logam seratus rupiah (baca:cepek). Oh my Allah...satu keping lagi udah bisa pulang dengan elegan nih saya, pikir saya dalam hati. Sambil meniatkan lagi dan berdoa dengan sungguh-sungguh, saya cari di tiap selipan dengan teliti. Saya keluarkan barang-barang yang ada di dalam tas.  Alhamdulillah, si keping gopek-an itu menunjukkan batang hidungnya (emangnya punya hidung apa..hahha). Dan terselamatkan lah saya dari jurang ketidakjelasan pulang.

Well, buat saya hari ini hari yang unik. Unik karena berkali-kali saya harus meyakinkan diri saya bahwa gak ada yang sia-sia kok. Walaupun kecewa karena gak bisa ikut diskusi RUU PT, saya belajar untuk mengelola kecewa tersebut agar jangan membakar diri saya sendiri. Saya juga belajar untuk lebih menghargai uang receh, hahaha.. Ternyata uang receh yang sering saya ambur-amburin (gaya bet ya saya :p ) bisa menolong saya dengan sangat.

Intinya selalu bersyukur atas apa yang terjadi lah. Biar capek, lelah, letih, tapi pasti ada hikmahnya dari tiap detik kehidupan kita. Karena Allah SWT gak menciptakan dunia ini dengan main-main khan? Keep SemangkA !

Saturday, May 7, 2011

Gelap..Aku MEMBENCIMU!

Bismillahirrahmanirrahiim...

Gelap.

Aku membencimu!

Bukankah telah kukatakan ratusan bahkan ribuan kali bahwa aku teramat sangat membencimu?!

Gelap.

Aku amat ingin memakimu..memakimu dengan keras!

Mengapa kau begitu senang menghampiriku?!

Padahal sudah berkali-kali ku tegaskan padamu..

Bahwa aku sangat MEMBENCIMU!

Tidakkah kau pahami itu baik-baik, wahai gelap?!

Gelap.

Aku tak ingin kau mendatangiku terus menerus..

Taukah kau, bahwa dirimu itu telah membuatku hampir gila?!

Menjadi orang yang tersesat di tempat yang sama..

Ahh..

semua gara-gara dirimu yang menyedot semua cahaya..

Sehingga jadilah diriku si buta yang bahkan tak mampu meraba sekitarnya..

Gelap.

Aku ingin menangisimu!

Namun hanya raungan dan keluhan yang keluar dari mulutku, karena diriku hanyalah si cengeng tanpa air mata..

Gelap!

Pergilah kau dariku!

Aku muak melihatmu!

Aku benci melihatmu!

Aku ingin memakimu!

Gelap!

Pergilah...kumohon..

Thursday, April 28, 2011

rinduuu~

Bismillahirrahmanirrahiim..

Menjelang tengah malam, namun penyakit tidak mau lepas dari laptop kembali menjangkiti.

Hmmm...hari ini banyak hal yang saya rindukan, kalau bisa memutar memori otak saya layaknya sebuah film, mungkin sudah saya lakukan berulang kali ampe soak..hehehe .

Hmm...Gak terasa ya, semua berlalu dengan cepat.

Berbagai macam karakter manusia silih berganti, datang dan pergi menghampiri hidup saya.

Terkadang rindu sosok-sosok mereka yang dulu begitu dekat dan akrab. Walaupun sekarang kita terpisah waktu dan jarak.

Hmmm...membuka kembali album foto, mengenang kembali masa-masa itu..masa penuh haru..masa penuh keceriaan serta tawa yang menderu..

Aahh..aku KANGEN kalian..

Sangat...

Walau kita tak lagi dekat..

Walau kini aku tak bisa memandang mata kalian lekat-lekat..

Tapi..ingatlah sahabat...

Engkau akan selalu ada di hatiku hingga akhir hayat..

*akurinduakurinduakurindu

Wednesday, April 20, 2011

Gelap! namun aku tak butuh lilin..

Bismillahirrahmanirrahiim...

Gelap.

Aku ingin memakimu.

Mereka bilang daripada memaki, mengapa tak nyalakan lilin?

Lilin tak cukup!

Terlalu singkat ia menerangi.

Terlalu sedikit cahaya yang ia berikan.

Aku butuh lampu neon!

Aku butuh ribuan lampu, jutaan kalau perlu!

Sungguh, aku benci kegelapan ini!

Rasanya ingin terus memaki dan memaki!

Mereka lagi-lagi berteriak "MENGAPA TAK KAU NYALAKAN LILIN SAJA!!"

Aku menjawab "TAK CUKUP SATU BUAH LILIN UNTUK MENERANGI!NYALANYA PUN TAK SEBERAPA, HANYA PENERANGAN REMANG-REMANG SAJA DAN KEMUDIAN PADAM!!"

Aaaah...gelap.

Aku benci kegelapan.

Karena aku tak bisa menerangi.

Apa mau dikata?

Aku hanya memiliki satu buah lilin yang bahkan membakar dirinya sendiri...


**hhaaaahhhhh...fighting!!

Tuesday, April 19, 2011

Dewasa itu..

DEWASA.

Dewasa, dia yang memberi sebanyak-banyaknya.
Dia yang berkorban setulus-tulusnya.
Dia yang memahami sebenar-benarnya.

Dewasa adalah,
bagaimana kamu memahami orang lain bukan bagaimana orang lain memahamimu.

Dewasa adalah,

ketika kamu bisa mengatasi perbedaan.
Bukan untuk menjadikannya sama.
Tapi untuk menjadikannya bersinergi dalam harmoni.

Ternyata sulit menjadi dewasa,
dewasa yang sebenar-benarnya bukan sekedar untaian kata penuh reka tetapi laku nyata untuk menjadi DEWASA.

Astaghfirullah
Astaghfirullah
Astaghfirullah

(Status facebook salah seorang saudari yang amat kucintai karena Allah)

Bismillahirrahmanirrahiim..

Tertampar ketika membaca status salah seorang saudari saya itu. Teringat betapa childish nya diri ini ketika menemui problema. Hmmm..

Dewasa..

Memang gak enak ya jadi orang dewasa. Sering banget saya terpikirkan seperti itu. Banyak hal yang harus dipikirkan, banyak hal yang harus diselesaikan, banyak hal yang harus diperhatikan..dan harus bisa MEMAHAMI lebih dulu sebelum DIPAHAMI.

Dulu saya paling takut menjadi dewasa. Rasanya ingin jadi anak kecil selamanya saja, layaknya Peter Pan yang selalu belia di Neverland. Saya ingin bermain bermain bermain bermain dan terus bermain tanpa harus memikirkan apa-apa. Jadi orang dewasa banyak sekali hal yang harus dipikirkan. Ribet!

Tapi, yang namanya hidup, muda selamanya hanya ada di dongeng atau tagline iklan kosmetik aja. Mau-gak mau, senang gak senang, suka gak suka kita pasti beranjak tua. TUA memang kepastian, namun DEWASA adalah sebuah pilihan.

Ya..memang susah jadi orang dewasa, berperilaku dewasa...hhhhaahhh...usia gak ngaruh juga kan. Kenyataannya banyak anak-anak yang terjebak dalam tubuh orang tua (badan sama kelakuan gak sinkron).

Dan bagaimana dengan saya?

Entahlah, masih belajar untuk mengeja kata dewasa. D-E-W-A-S-A.

Sulit ya..padahal masih dewasa awal kalau kata teori psikologi perkembangan. Hmm..padahal baru(?) 19 tahun hidup dunia. Padahal..padahal...banyak nyari alasan tanda gak dewasa kan yaa??

Aaah..dewasa...

Jadi dewasa berarti berhenti memenangkan ego.
Berhenti melulu memandang diri sendiri.
Berhenti mengeluh.
Berhenti pamrih.
Berhenti bersikap reaktif.
Berhenti menutup mata.

Dewasa..dewasa...susah nian ya mendapatkan predikat dewasa yang sebenar-benarnya. Bukan sekedar kata atau hitungan umur belaka. Dewasa..

Dewasa adalah pilihan kan..

Dan saya memilih untuk dewasa...

Karena saya memilih untuk dewasa...

Saya berjanji untuk BELAJAR menundukkan ego saya..

*hhaaaaaaaaaaahhh (tarik napas)...

Bismillahirrahmanirrahimm..




# memaksa diri untuk pintar merasa, bukan malah merasa pintar..

Sunday, April 17, 2011

Surat cinta untukmu yang diam membisu di sudut itu..

Assalamualaikum warohamtullahi wabarokatuh..

Teruntuk dirimu yang diam membisu di sudut itu.

Tak terasa setahun sudah semenjak kau tuliskan surat itu padaku. Surat yang berisikan semua amuk asa yang bergelora di dadamu. Tak terasa waktu telah berjalan setahun sudah. Semenjak kau sapa aku-dan juga saudara/i ku- dengan semua keluh kesah penuh harapmu.

Duhai dirimu. Tak terasa setahun sudah terlewat. Tak terasa waktu berganti begitu cepat.

Tak terasa..semua perjuangan itu..semua ghirah itu..semua ikhtiar itu..semua jerih payah yang kami lakukan agar kau tetap tegak berdiri di tengah-tengah kami itu.. kini telah bertransformasi menjadi helaian-helaian memori yang tersimpan jauh di dalam otak. Ya..tersimpan jauh di dalam otak yang menyebabkan munculnya kembali watak asli dari tiap diri kami. Insaan = Lupa.

Duhai dirimu. Tak terasa setahun sudah berlalu. Tak terasa sudah dua generasi baru menyapamu.

Semenjak surat pertamamu itu, tak kudengar lagi sayup-sayup suara lirih curahan hatimu. Kupikir kau sudah akan baik-baik saja. Ya..pada akhirnya manusia langit sana sudah mau menerima keberadaanmu di tengah-tengah kami. Walaupun kau harus terserak di sudut itu..diam membisu..namun, paling tidak kau ADA, pikirku dalam hati. Keberadaanmu sudah AMAN di tengah-tengah kami.

Namun, kemudian kusadari nyatanya rasa nyaman adalah musuh terbesar tiap kita. Ketika merasa nyaman dan aman, di situlah tercipta celah dan kesempatan bagi ular berbisa tuk menerkam. Dan kini ular berbisa itu menerkamku dengan wujud yang sangat halus dan tak terasa. Ketidakpedulian.

Duhai dirimu. Tahukah engkau apa yang kurasa saat ini?

Aku malu.

Aku malu telah melupakanmu. 

Aku malu telah membuat berbagai macam alasan untuk tidak memandangmu, memperhatikanmu.

Yaah..apa mau dikata..tugasku begitu banyak, agendaku begitu padat kawan, tak bisa melulu menyambangimu ketika waktu panggilan mulia itu datang. Yaa.itulah dalihku, seakan terlupa betapa dulu diri ini sangat antusias untuk memperjuangkan keberadaanmu di tengah-tengah kami. 

Selain itu, kini begitu sulit mencari air wudhu. Walaupun begitu ingin ku mendatangimu, namun aku tak berdaya. Air wudhu menjadi barang langka di gedung itu. Mencari air kesana kemari seakan berada di pedalaman Afrika (padahal nyatanya kita berada di tengah kota Jakarta..ckckck). Pernah terpikir di otakku, apakah ini semacam konspirasi? Ketika air wudhu begitu sulit untuk didapat, mau tak mau harus menyapa-Nya di rumah-Nya yang lain, di luar gedung itu. Ketika sudah terbiasa untuk memenuhi panggilan-Nya di rumah-Nya yang lain, perlahan-lahan keberadaanmu sudah tak begitu berarti lagi. Yaa..tapi itu hanya praduga yang terlontar dari dalam otakku,mungkin karena efek terlalu banyak membaca buku-buku mengenai konspirasi sehingga timbul pemikiran seperti itu..entahlah..yang pasti kelangkaan air wudhu itu menjadi salah satu alasan bagiku untuk tak mendatangimu.

Dan kemudian, kulihat dirimu dalam diam. Membisu. Sepi. Jarang terdengar sayup-sayup suara aktivis yang sedang sibuk merancang program-program dakwah. Jarang terdengar sayup-sayup ayat-ayat cinta mengalun indah. Jarang lagi terdengar suara adzan yang mengingatkan kami untuk kembali bersimpuh di hadapan-Nya setelah berlelah-lelah bergelut dengan berbagai macam agenda. Hmm..jarang terdengar olehku. Mungkin karena aku yang tidak memasang telinga dalam-dalam sehingga jarang terdengar..entahlah, yang pasti aku rindu semua itu.

Hey dirimu. Tahukah? Walaupun dalam keterlupaanku akan keberadaanmu yang seharusnya menjadi pusat pengembangan Islam di gedung itu, aku tetap memperhatikanmu, walau jarang terlihat. Tahukah kau, begitu senangnya diriku ketika kulihat kau tertata (lumayan) rapih. Walau sering berubah-ubah tampilan, tapi aku bahagia melihatnya. Khususnya tempat para calon ummahat beribadah kini lebih tertutup dibadingkan awal mulakau berdiri di sudut itu. Namun lumayan miris ketika melihat tempat ibadah para mujahid yang begitu terbuka dan terkadang tanpa alas. Hmm...memang adem sih begitu, tapi kalau hujan, pasti tidak bisa shalat di sana, karena air sudah menggenang membasahi tempat shalat. Air hujan yang kemudian menjadi sajadah bagi para  ikhwan.

Tapi tetap saja, aku masih lega kala itu. Karena bagaimanapun rupamu (hmm..sudah berkali-kali make-over kan dirimu?) kau tetap ADA di tengah-tengah kami. Walau terkadang sedih kulihat ketika kau hanya diam membisu di sudut sana. Terlebih lagi ketika seorang kakak kelas menghampiriku. Memintaku untuk lebih memperhatikan dirimu, karena kini kau sudah memakan korban. Ya, hijab yang mestinya menjadi penjaga itu kini malah melukai. Bukan salahmu tentu saja. Karena apa mau dikata, hijab-hijab itu ternyata tak cukup kuat menahan angin kencang sehingga robohlah ia. Hanya saja, aku khawatir akan makin sedikit orang yang menghampiri dirimu karena takut tertimpa hijab (tak terbayang bagaimana sakitnya si akhwat yang sedang shalat tertimpa hijab sebegitu besar dan beratnya..) 

Hmm..Duhai dirimu. Tahukah?Hatiku meletup-letup penuh emosi ketika kudengar kau akan digusur (lagi!). Alasan estetika lah, menghalagi sirkulasi lah, alasan-alasan yang sulit untuk dicerna oleh nalar otakku. Kenapa harus begitu mempermasalahkan dirimu? Apakah keberadaanmu sebegitu menganggu? Padahal adanya dirimu adalah anugerah bagi kami. Tak peduli sesederhana apapun tampilanmu, namun kau begitu berarti.Di rahimmu lah pergerakan dakwah ini tumbuh di gedung itu. Berawal dari adanya dirimulah,kami berani untuk merajut impian, menyatukan visi, melawan ego pribadi, demi tegaknya kalimatullah di bumi ini. 

Bersamamu, kami tumbuh menjadi pribadi yang baru.

Kami belajar mengeja kehidupan, kehidupan yang terkadang jauh dari angan. Di tengah kepenatan dan kekecewaan, berikhtilat bersama-Nya dengan dirimu sebagai saksinya adalah penawar kegelisahan.

Kami belajar mengeja makna ukhuwah. Bahu membahu bergotong-royong untuk mempercantik dirimu. Menjadikan dirimu layak disebut sebagai rumah-Nya. Walau dibalut dengan kesederhanaan, walau tak ada ornamen megah yang berkilauan. Namun melihat orang-orang merasa nyaman bersamamu, semua peluh yang menetes rasanya tak pernah sia-sia. Terlebih lagi kami melakukannya bersama saudara/i yang kami cinta karena Sang Maha Cinta, tak ada letih dan lelah yang terasa.

Kami belajar mengeja makna ikhlas. Walau  mengeja dengan terbata, paling tidak kami belajar untuk terbiasa untuk tidak melulu tampil di depan layar. Terkadang dengan sebentuk cinta yang sederhana seperti menyapu, mengepel, merapikan sajadah dan mukena, dan hal-hal kecil lainnya membuat kami belajar untuk meresapi makna persembahan cinta pada-Nya, walau sederhana.

Aah..dirimu..banyak hal yang kau ajarkan pada kami. Namun begitu mudahnya kami melupakanmu, sengaja atau tidak. 

Dan kini, setelah hibernasi yang cukup panjang, satu tahun lamanya, Allah kembali menguji komitmen kami. Sejauh mana rasa cinta kami padamu. Sejauh mana hati ini terpaut padamu. Sejauh mana ikhtiar kami untuk kembali memperjuangkan keberadaanmu. 

Memang kuakui, dakwah tidak melulu tentang dirimu, masih banyak agenda lain yang menanti di depan mata. Namun, dirimu adalah pondasi, bukan sekedar fisik keberedaanmu yang tangible tapi lebih kepada ruh dan nafas islam yang berhembus dari paru-parumu, tak terlihat, namun terasa jelas, intangibles.

Dan kini, kembali tiba saatnya pembuktian cinta. Layakkah kami diberikan naungan pada hari akhir kelak karena hati kami yang selalu terpaut padamu?

Semoga..

Salam Cinta karena Allah.

Diriku, si Manusia Penuh Dosa

Wednesday, April 13, 2011

my born day

Start:     May 12, '11 1:00p
Location:     dimana aja bolee :)
Mesti banyak muhasabah..inget udah kepala 2!

LAngin (Langit Angin)

Bismillahirrahmanirrahiim...

Di tengah kejenuhan dan kebosanan yang melanda..

Mencoba untuk me-regain semangat yang ada..

Menatap langit..

Merasakan belaian angin...

Wuush...

Semoga semua kebosanan ini tersapu oleh semilir angin..

Please..

Angin..bawa kabur semua kebosanan dan kejenuhan ini...

Langit..

Kembalikan semua semangatku..

Berikan aku kelapangan hati yang terbentang luas seluas dirimu...

Angin..

Bisikan kata-kata penyemangat untukku...

Langit...

Angin..

Walaupun sederhana..

Berikan aku semangat untuk melawan kejenuhan yang melanda..

onegaishimasu!