Bismillahirrahmanirrahiim..
Well, hari ini adalah hari yang unik bagi saya. Iro-iro happened today and so unpredictable. Hmm..banyak banget yang akan saya ceritakan, karena yang terjadi hari ini juga banyak, hehehe
Sebenarnya hari ini adalah hari yang penting buat saya. Ada sebuah agenda yang awalnya saya pikir saya tidak akan termasuk orang yang diundang dalam agenda tersebut, eh gak taunya di last minute saya dikasi tau kalau saya juga diundang. Agenda tersebut adalah agenda sharing RUU Perguruan Tinggi dengan Komisi X DPR RI dan kampus saya termasuk yang diundang untuk diskusi. Karena saya sendiri masih belum terlalu paham dengan konten RUU PT tersebut, jadilah saya penganut paham SKS (Sistem Kebut Semalam) dalam mencari data mengenai RUU PT tersebut.
Tapi ternyata Allah SWT berkehendak lain. Mungkin memang sudah takdir atau saya belum berjodoh dengan agenda ini. Saya yang sudah berangkat dengan semangat '45 membara di dalam dada ternyata tidak bisa sampai tepat waktu di tempat lokasi. Alasan? Hmm..saya NYASAR saudara-saudara. Sebenarnya gak benar-benar ilang di tempat antah berantah, cuma saya bingung arah, maklum kecerdasan spasial saya memang agak kurang. Awalnya saya fikir ketika ketemuan di kampus sebelum berangkat, saya akan diberikan rute yang jelas menuju gedung MPR/DPR, sarangnya wakil rakyat tersebut. Eeeh..pas nyampe di kampus ternyata orang-orang yang ngajak ketemuan pada belum datang. Walhasil setengah jam saya nunggu di kampus tercinta. Gak lama kemudian tiba-tiba SMS masuk ke hp saya. Kakak kelas saya meminta saya untuk berangkat duluan ke gedung tersebut. Astaghfirullah, sebut saya dalam hati, saya benar-benar blank ,gak tau mau naik apa. Tanya sana-sini ternyata pada gak tau juga. Dan dengan ilmu sotoyisme, saya berangkat ke terminal Senen dari kampus. Saya pikir kalau dari terminal pasti ada transportasi kemana-mana.
(Gedung tongkrongan para wakil rakyat)
Di dalam metromini menuju Senen, saya sibuk googling sana-sini untuk nyari metromini,bus, traja, atau angkotan apapun yang bisa saya tumpangi untuk ke gedung DPR. Tapi hasilnya nihil, tidak ada website yang benar-benar memberikan informasi mengenai transportasi menuju gedung DPR/MPR RI. Sesampainya di stasiun Senen, saya langsung mendatangi abang-abang penjual asongan.
Saya : Misi bang, numpang tanya, kalau dari sini ke arah Komdak naik apa ya?
Abang penjual 1 : Oh, naik patas AC 44 yang arah CIledug bisa kayaknya neng, coba aja tanya-tanya nanti sama keneknya.
Saya : Ooh gitu ya bang, makasih ya..
Dalam hati saya ragu banget, Itu patas kan yang ngebawa saya pulang ke rumah di Ciledug, kalau saya naik itu berarti saya bakalan pulang lagi ini. Seingat saya patas AC 44 gak lewat gedung DPR/MPR, tapi apa iya ya..saya emang jarang perhatiin jalan kalau lagi di bus, paling sering mah tidur, jadi agak ragu juga saya. Jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 09:00, jadwal ketemuan dengan Komisi X, yaah..telat nih saya. Saya adalah tipikal orang yang paling benci terlambat, apalagi dalam memenuhi sebuah undangan. Saya inget betul, prinsip saya dulu (sekarang udah gak gitu-gitu amat sih) : lebih baik tidak sama sekali dibandingkan terlambat, hahaha..ekstrem ya..tapi memang begitulah, kayaknya kehilangan kredibilitas aja kalau kita terlambat, apalagi di agenda yang penting.
Dan finally dengan berat hati saya memutuskan untuk tidak ikut dalam agenda tersebut. Sayang banget sih, tapi saya gak ada gambaran ke sana naik apa, turun dimana, dan segala tetek bengeknya. Selain itu faktor terlambat tadi juga membuat saya semakin ragu untuk hadir. Lagipula di undangannya tertulis maksimal 3 orang, jadi kurang dari itu gak apa-apa kan, kata saya dalam hati. Dan voila, saya tidak jadi ke gedung DPR/MPR RI untuk sharing RUU PT..hiks..hiks
Akhirnya saya memutuskan untuk naik patas ac 44 sambil memastikan apakah benar ini patas lewat gedung DPR/MPR,. Ternyata tidak saudara-saudara, patas ini melewati Monas, sampai Sudirman, hmmmm...emang gak jodoh saya sama agenda itu.
DI dalam bus saya muter otak. Ini masih pagi, kalau saya pulang bisa-bisa diketawain sama tukang ojek (apa hubungannya coba,hahhaa). Saya menengok uang di kantong saya, ada sekitar 35ribu. Buat nonton bioskop cukup nih kayaknya, pikir saya. Walhasil saya memutuskan untuk nonton bioskop di CBD, biar sekalian jalan. Sampai di CBD ternyata bioskopnya belum buka, jadilah saya harus menunggu (lagi). Padahal saya benci banget kalau disuruh nunggu, untung bawa buku, jadinya bisa baca-baca sambil nunggu. Satu jam kemudian bioskop pun dibuka, saya pun langsung meluncur ke loket.
(Poster Film Serdadu Kumbang)
Yup, film Serdadu Kumbang yang jadi pilihan saya. Sudah sejak lama saya ngincer film ini dan baru bisa kesampaian hari ini. Well, dari tema cerita sebenarnya bagus, cuma ada beberapa hal yang janggal yang saya rasakan sebagai penikmat film (ciaelahh..ahahha). Saya rasa pesan moral yang ingin disampaikan di film ini terlalu "nampak". Bukan secara halus menelisik ke dalam kalbu tapi lebih pada disodorkan ke penonton. Agak berbeda dengan film buatan Dedy Mizwar yang setipe, namun cara pengemasannya lebih cantik. Tapi overall filmnya bagus dan mendidik. Ya, daripada film horor gajebo yang mengarah ke pornografi, film ini bisa disebut sebagai oase di padang pasir lah..
Setelah selesai nonton, saya berniat untuk makan siang, soalnya perut saya udah buat orkestra, gak bisa diam. Saya liat di kantong saya uang saya tinggal 14 ribu. Itung-itung cukup lah buat makan di h*kb*n paket hemat. Sisanya ngepas banget buat ongkos naek metromini, 2 ribu. Saya langsung meluncur ke restoran fast-food bernuansa Jepang tersebut. Saya lihat harga paket hemat 1, sekitar 11 ribu 2 ratus lebih lah, cukup Insya Allah buat makan, palingan kalau kena pajak mentok-mentok 12 ribu, begitu pikir saya. Ternyata, ketika bayar di kasir, harga total plus PPN jadi Rp.12.500,- alamak! saya defisit Rp.500. Dengan berat hati saya menyerahkan kepingan koin lima ratus rupiah yang saya ambil dari ongkos saya. Sekarang ongkos saya jadi kurang gopek.
(Kendaraan favorit saya :p )
Sambil makan saya terus muter otak, gimana nih caranya supaya bisa pulang. Naik taksi?gak punya duit. Minta jemput?gak kece banget kayak bocah. Ngemis di jalan?gak ada tampang :p Minjem duit sama ibu-ibu sebelah?gengsi euy, mana cuma gopek doang lagi. Akhirnya saya berdoa dengan sesungguh-sungguhnya, ya Allah, berikanlah saya kepingan uang gopek. Saya udek-udek kantong, selipan di tas, selipan dompet, berharap ada kepingan logam Rp.500 yang terselip. Tapi yang saya temukan hanya 3 keping logam seratus rupiah (baca:cepek). Oh my Allah...satu keping lagi udah bisa pulang dengan elegan nih saya, pikir saya dalam hati. Sambil meniatkan lagi dan berdoa dengan sungguh-sungguh, saya cari di tiap selipan dengan teliti. Saya keluarkan barang-barang yang ada di dalam tas. Alhamdulillah, si keping gopek-an itu menunjukkan batang hidungnya (emangnya punya hidung apa..hahha). Dan terselamatkan lah saya dari jurang ketidakjelasan pulang.
Well, buat saya hari ini hari yang unik. Unik karena berkali-kali saya harus meyakinkan diri saya bahwa gak ada yang sia-sia kok. Walaupun kecewa karena gak bisa ikut diskusi RUU PT, saya belajar untuk mengelola kecewa tersebut agar jangan membakar diri saya sendiri. Saya juga belajar untuk lebih menghargai uang receh, hahaha.. Ternyata uang receh yang sering saya ambur-amburin (gaya bet ya saya :p ) bisa menolong saya dengan sangat.
Intinya selalu bersyukur atas apa yang terjadi lah. Biar capek, lelah, letih, tapi pasti ada hikmahnya dari tiap detik kehidupan kita. Karena Allah SWT gak menciptakan dunia ini dengan main-main khan? Keep SemangkA !
Well, hari ini adalah hari yang unik bagi saya. Iro-iro happened today and so unpredictable. Hmm..banyak banget yang akan saya ceritakan, karena yang terjadi hari ini juga banyak, hehehe

Sebenarnya hari ini adalah hari yang penting buat saya. Ada sebuah agenda yang awalnya saya pikir saya tidak akan termasuk orang yang diundang dalam agenda tersebut, eh gak taunya di last minute saya dikasi tau kalau saya juga diundang. Agenda tersebut adalah agenda sharing RUU Perguruan Tinggi dengan Komisi X DPR RI dan kampus saya termasuk yang diundang untuk diskusi. Karena saya sendiri masih belum terlalu paham dengan konten RUU PT tersebut, jadilah saya penganut paham SKS (Sistem Kebut Semalam) dalam mencari data mengenai RUU PT tersebut.
Tapi ternyata Allah SWT berkehendak lain. Mungkin memang sudah takdir atau saya belum berjodoh dengan agenda ini. Saya yang sudah berangkat dengan semangat '45 membara di dalam dada ternyata tidak bisa sampai tepat waktu di tempat lokasi. Alasan? Hmm..saya NYASAR saudara-saudara. Sebenarnya gak benar-benar ilang di tempat antah berantah, cuma saya bingung arah, maklum kecerdasan spasial saya memang agak kurang. Awalnya saya fikir ketika ketemuan di kampus sebelum berangkat, saya akan diberikan rute yang jelas menuju gedung MPR/DPR, sarangnya wakil rakyat tersebut. Eeeh..pas nyampe di kampus ternyata orang-orang yang ngajak ketemuan pada belum datang. Walhasil setengah jam saya nunggu di kampus tercinta. Gak lama kemudian tiba-tiba SMS masuk ke hp saya. Kakak kelas saya meminta saya untuk berangkat duluan ke gedung tersebut. Astaghfirullah, sebut saya dalam hati, saya benar-benar blank ,gak tau mau naik apa. Tanya sana-sini ternyata pada gak tau juga. Dan dengan ilmu sotoyisme, saya berangkat ke terminal Senen dari kampus. Saya pikir kalau dari terminal pasti ada transportasi kemana-mana.

Saya : Misi bang, numpang tanya, kalau dari sini ke arah Komdak naik apa ya?
Abang penjual 1 : Oh, naik patas AC 44 yang arah CIledug bisa kayaknya neng, coba aja tanya-tanya nanti sama keneknya.
Saya : Ooh gitu ya bang, makasih ya..
Dalam hati saya ragu banget, Itu patas kan yang ngebawa saya pulang ke rumah di Ciledug, kalau saya naik itu berarti saya bakalan pulang lagi ini. Seingat saya patas AC 44 gak lewat gedung DPR/MPR, tapi apa iya ya..saya emang jarang perhatiin jalan kalau lagi di bus, paling sering mah tidur, jadi agak ragu juga saya. Jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 09:00, jadwal ketemuan dengan Komisi X, yaah..telat nih saya. Saya adalah tipikal orang yang paling benci terlambat, apalagi dalam memenuhi sebuah undangan. Saya inget betul, prinsip saya dulu (sekarang udah gak gitu-gitu amat sih) : lebih baik tidak sama sekali dibandingkan terlambat, hahaha..ekstrem ya..tapi memang begitulah, kayaknya kehilangan kredibilitas aja kalau kita terlambat, apalagi di agenda yang penting.
Dan finally dengan berat hati saya memutuskan untuk tidak ikut dalam agenda tersebut. Sayang banget sih, tapi saya gak ada gambaran ke sana naik apa, turun dimana, dan segala tetek bengeknya. Selain itu faktor terlambat tadi juga membuat saya semakin ragu untuk hadir. Lagipula di undangannya tertulis maksimal 3 orang, jadi kurang dari itu gak apa-apa kan, kata saya dalam hati. Dan voila, saya tidak jadi ke gedung DPR/MPR RI untuk sharing RUU PT..hiks..hiks

Akhirnya saya memutuskan untuk naik patas ac 44 sambil memastikan apakah benar ini patas lewat gedung DPR/MPR,. Ternyata tidak saudara-saudara, patas ini melewati Monas, sampai Sudirman, hmmmm...emang gak jodoh saya sama agenda itu.
DI dalam bus saya muter otak. Ini masih pagi, kalau saya pulang bisa-bisa diketawain sama tukang ojek (apa hubungannya coba,hahhaa). Saya menengok uang di kantong saya, ada sekitar 35ribu. Buat nonton bioskop cukup nih kayaknya, pikir saya. Walhasil saya memutuskan untuk nonton bioskop di CBD, biar sekalian jalan. Sampai di CBD ternyata bioskopnya belum buka, jadilah saya harus menunggu (lagi). Padahal saya benci banget kalau disuruh nunggu, untung bawa buku, jadinya bisa baca-baca sambil nunggu. Satu jam kemudian bioskop pun dibuka, saya pun langsung meluncur ke loket.
Saya : Serdadu Kumbang satu orang ya mbak.

Setelah selesai nonton, saya berniat untuk makan siang, soalnya perut saya udah buat orkestra, gak bisa diam. Saya liat di kantong saya uang saya tinggal 14 ribu. Itung-itung cukup lah buat makan di h*kb*n paket hemat. Sisanya ngepas banget buat ongkos naek metromini, 2 ribu. Saya langsung meluncur ke restoran fast-food bernuansa Jepang tersebut. Saya lihat harga paket hemat 1, sekitar 11 ribu 2 ratus lebih lah, cukup Insya Allah buat makan, palingan kalau kena pajak mentok-mentok 12 ribu, begitu pikir saya. Ternyata, ketika bayar di kasir, harga total plus PPN jadi Rp.12.500,- alamak! saya defisit Rp.500. Dengan berat hati saya menyerahkan kepingan koin lima ratus rupiah yang saya ambil dari ongkos saya. Sekarang ongkos saya jadi kurang gopek.
Well, buat saya hari ini hari yang unik. Unik karena berkali-kali saya harus meyakinkan diri saya bahwa gak ada yang sia-sia kok. Walaupun kecewa karena gak bisa ikut diskusi RUU PT, saya belajar untuk mengelola kecewa tersebut agar jangan membakar diri saya sendiri. Saya juga belajar untuk lebih menghargai uang receh, hahaha.. Ternyata uang receh yang sering saya ambur-amburin (gaya bet ya saya :p ) bisa menolong saya dengan sangat.
Intinya selalu bersyukur atas apa yang terjadi lah. Biar capek, lelah, letih, tapi pasti ada hikmahnya dari tiap detik kehidupan kita. Karena Allah SWT gak menciptakan dunia ini dengan main-main khan? Keep SemangkA !
No comments:
Post a Comment