Hari ini hari yang paling Tasya sukai, hari Jumat. Kenapa? Karena hari Jumat kegiatan Tasya sedikit. Cuma les piano dan eskul mading. Yes, hari ini gue ada waktu buat jalan sama Dio, pikir Tasya. Setelah kegiatan eskul madingnya selesai, Nanda berencana ke sekolah Dio. Dia ingin mengajak Dio jalan-jalan sebagai ganti dinner yang waktu itu tidak jadi gara-gara kesibukannya. Tasya ingin memberi kejutan kepada Dio dengan datang ke tempat latihan basketnya tanpa memberitahunya.
Sesampainya disana, Tasya mulai mencari-cari Dio.
“ Do, loe liat Dio enggak?” Tanya Tasya kepada teman se-tim Dio, Aldo
“ Loh, hari ini kan Dio izin gak latihan dulu” jawabnya
“ Masak sih Do? Tadi gue telpon katanya hari ini dia latihan..” tanya Tasya dengan penasaran.
“ Waduh, gue gak tau tuh Sya. Tadi sih dia bilangnya izin..”
Tasya semakin bingung dengan jawaban Aldo. Ia yakin sekali kalau tadi di telpon Dio bilang kalau dia mau latihan basket. Kanapa Dio bohong??.
***
Tasya pulang dengan langkah gontai. Pikirannya dipenuhi dengan bermacam-macam khayalan. Jangan-jangan Dio selingkuh, pikirnya dalam hati. Tapi, ah!gak mungkin Dio mengkhianati gue, Tasya meyakinkan dirinya. Gue harus percaya sama Dio. Iya! Gue percaya sama Dio, sekali lagi Tasya meyakinkan dirinya. Tasya merogoh tasnya. Ia ingin mengambil handphone nya, ingin memastikan bahwa Dio tidak membohonginya. Akan tetapi ia tidak dapat menemukan handphone nya. Ia mengeluarkan semua isi tasnya, namun handphone nya tak kunjung ditemukan. Tasya mengingat-ingat dimana ia menaruh handphone nya tadi.
DI KOLONG MEJA!. Tadi sehabis menelpon Dio, ia lupa mengambil kembali handphone nya. Ia langsung menyuruh supirnya untuk mengantarkannya ke sekolah mumpung hari masih sore.
Sesampainya di sekolah, dengan harap-harap cemas, Tasya menuju ke ruangan kelasnya. Lampu kelasnya masih menyala, untung, pikir Tasya.
Tasya membuka pintu kelasnya.
Ia sangat terkejut dengan pemandangan yang baru dilihatnya. Antara percaya tak percaya. Tubuh Tasya lemas, keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya. Air matanya tidak terbendung lagi. Rasanya ingin pingsan, tetapi, dengan sedikit kekuatan yang ada, Tasya mengahampiri sesosok laki-laki dan perempuan yang sedang duduk di bangku pojok paling belakang dengan wajah pucat.
Tasya langsung mengayunkan tangannya ke pipi sang laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah Dio, pacarnya. Dan dengan penuh emosi, Tasya menatap wajah perempuan yang telah merebut pujaan hatinya. Gelap mata, Tasya langsung menyerang perempuan itu. Sambil berteriak, “ GUE PIKIR LOE TEMEN GUE! KENAPA LOE TEGA NGELAKUIN INI SAMA GUE?!!LOE JAHAT LIN!!LOE JAHAT!
Alin berusaha melepaskan diri dari cengkraman Tasya, namun tenaga Tasya lebih kuat daripada tenaga Alin. Alin tak kuasa menahan serangan Tasya. Akan tetapi ketika tinju Tasya hampir melayang ke wajah Alin , Dio mendorong Tasya hingga terjatuh ke lantai.
Tasya mulai menangis, meraung-raung seperti orang gila. Ia meneriakkan kata-kata yang sama, “ KENAPA LOE BERDUA TEGA NGELAKUIN INI SAMA GUE!” dan mulai bersiap-siap menyerang Alin lagi, namun tamparan Dio melayang ke pipi Tasya yang dipenuhi air mata.
“ Hik..hik..kenapa, kenapa..KENAPA LOE TEGA NGELAKUIN INI KE GUE DIO?!!KENAPA?!!” Tasya berteriak di depan wajah Dio.
“ Loe Tanya kenapa??LOE TANYA KENAPA??!!LOE ENGGAK PERNAH PUNYA WAKTU UNTUK GUE!! LOE SELALU SIBUK NGURUSIN URUSAN LOE SENDIRI, LOE ENGGAK PERNAH MEMPERDULIIN GUE!!” Dio menjawab dengan berteriak.
“ Dio...ta..tapi..kenapa harus Alin..hik..hik..kenapa harus sahabat gue, kenapa?” Tanya Tasya sambil memandangi Dio dengan berlinang air mata.
“ Sahabat loe Sya? Loe bilang gue sahabat loe??iya..mungkin menurut loe gue sahabat loe tapi gue gak pernah menganggap loe sebagai sahabat gue!!” jawab Alin dingin
“ Lin..loe lupa??loe lupa dengan apa yang selama ini kita jalani bersama Lin, udah 11 tahun kita bersama Lin..loe sahabat gue…” kata Tasya dengan terbata-bata. Napasnya tersengal-sengal, dadanya mulai sesak. Tubuhnya benar-benar lemas tak bertenaga, apalagi setelah mendengar pernyataan Alin barusan, ia benar-benar syok.
“ Sya, yang namanya sahabat gak cuma mentingin diri sendiri! Yang namanya sahabat gak cuma mau menerima, tapi juga mau memberi. Selama ini loe cuma cerita tentang loe, loe dan loe!! Loe gak pernah ngasih gue kesempatan buat sekedar cerita!!loe gak pernah nanyain keadaan gue pas gue lagi sedih dan butuh support..APA ITU YANG NAMANYA SAHABAT SYA?!!”
“ Aliin… gue..” Tasya mulai berbicara, namun Alin menyelanya.
“ GUE TUH CAPEK SYA TIAP HARI DENGERIN KELUHAN LOE!! GUE CAPEK…” Alin berteriak sambil meneteskan air mata.
Suasana hening seketika
Tiba-tiba Dio memulai pembicaraan.
“ Sekarang loe udah tau kan alasan kita berdua, jadi gue harap loe bisa terima kenyataanya sekarang. Gue udah gak mau lagi sama loe, mulai sekarang kita PUTUS”
Dio dan Alin meninggalkan Tasya sendirian di ruang kelas. Pikiran Tasya kosong, air mata tak henti-hentinya keluar dari kedua bola matanya yang bening. Ia tak menyangka, dirinya yang ia kira amat sempurna ini dikhianati oleh pacar dan sahabatnya sendiri.
Kreeeek, pintu kelas terbuka. Sesosok gadis berjilbab masuk. Dia Nanda. Nanda sangat terkejut melihat Tasya yang terduduk lemas dengan penampilan yang kacau. Rambutnya acak-acakan, air mata masih bergulir di pipinya, tidak seperti Tasya yang biasanya, yang selalu tampil cantik dan modis.
***
to be continued....