Showing posts with label cerpen. Show all posts
Showing posts with label cerpen. Show all posts

Wednesday, June 29, 2011

#ni-2

Bismillahirrahmanirrahiim..

Benci.

Tatapan itu lagi. Tatapan menusuk dan penuh kebencian yang ditujukan padaku. Raut wajah menyeramkan dan gesture tubuh penuh dengan penolakan yang lagi-lagi ditujukan pada diriku. Sebenarnya apa salahku padanya?

Benci.

Tergambar jelas di air muka nya. Kebencian itu, kebencian yang sungguh menakutkan dan menusuk kalbu. Apa yang sudah kulakukan padanya sehingga begitu bencinya ia padaku. Salahkah aku mengucapkan salam ketika bertemu dengannya. Salahkah aku mengucap "ohayou" sebagai tanda penghormatanku padanya? Salahkah aku jika berusaha menjadi tetangga yang baik baginya?

Benci.

Lagi-lagi hanya tatapan tajam yang menusuk. Tatapan penuh kekesalan dengan rona wajah penuh kebencian. Ya Allah, apa salahku padanya? Mengapa ia begitu membenciku? Padahal berinteraksi pun jarang. Ya, hanya sebuah kata "ohayou" yang aku ucapkan padanya di pagi itu dan kini ia begitu membenciku. Apakah aku salah mengucap salam pada tetangga sekaligus teman sekelasku?

Apa salahku padamu? mengapa kau hujani aku dengan tatapan menyeramkan itu?

Beritahu aku, Michiyo..

***

#ichi-1

Bismillahirrahmanirrahiim..

Tolong.

Wajah itu lagi, raut itu lagi, tatapan sendu itu lagi. Lagi-lagi ia menghiasi kembang tidurku. Wajah oriental dengan kulit putih mulus sempurna. Wajah itu menatap wajahku dalam-dalam dengan penuh haru. Buliran air mata bening mengalir dari kedua bola matanya yang sipit. Mulutnya mengeluarkan suara lirih.

Tolong.

Kata-kata itu lagi. Apa?apa yang harus kubantu? ketika aku berusaha untuk menanyakan padanya, diriku kembali ke dunia nyata.

Tolong.

Masih terngiang-ngiang kata-katanya itu di telingaku. Semuanya terasa begitu nyata. Tatapan itu, air mata itu, suara itu, kata-kata itu. Semua terasa begitu konkret, tak kusangka bahwa itu semua hanyalah berada di dalam alam pikiranku, bunga tidurku.

Tolong.

Apa? apa yang harus ku tolong? apa yang harus kubantu? apa? apa? beritahu padaku..

Beritahu aku, Michiyo..

***


Monday, December 1, 2008

my cerpen part III (ending)

Nanda menghampiri Tasya, mengusap air mata di pipinya.
“ Loe kenapa Sya?” Tanya Nanda dengan lembut.
Tasya langsung memeluk Nanda dengan erat. Air mata Tasya tumpah membasahi  jilbab putih Nanda. Tasya menangis sejadi-jadinya. Nanda hanya mengusap-usap kepala Tasya dengan penuh sayang sambil menunggu Tasya tenang.
Tak berapa lama kemudian, Tasya melepaskan pelukannya, di keheningan tiba-tiba terdengar suara..
Allahuakbar….Allahuakbar
Allahuakbar….Allahuakbar
Asy- hadu al-laa-ilaaha ilallah
Asy- hadu al-laa-ilaaha ilallah
Azan magrib berkumandang. Nanda mengajak Tasya shalat magrib bersama. Tasya yang biasanya paling malas kalau diajak shalat, menuruti ajakan Nanda.
Baru kali ini Tasya merasakan begiru nikmatnya shalat. Biasanya ia shalat dengan terburu-buru karena dikejar waktu, bahkan tidak jarang ia meninggalkan shalat karena kesibukan-kesibukannya.
Tiba-tiba batin Tasya berbicara. Betapa seringnya ia melupakan Tuhannya.. Betapa jarangnya ia mengingat Tuhannya...Betapa sering ia mengacuhkan perinyah-Nya…
Ia teringat akan kejadian yang baru saja menimpanya. Sahabat dan pacarnya meninggalkannya karena seringnya ia mengacuhkan mereka…bagaimana dengan dengan Allah??. Sahabat dan pacarnya amat sakit hati ketika ia tidak memperdulikan mereka, bagaimana dengan Dia??. Bahkan sehari dalam hidupnya ia lewatkan tanpa menyebut nama-Nya.
Terbesit kegelisahan-kegelisahan di relung dadanya.. Apakah Allah marah kepadaku?? Apakah Ia sakit hati kepadaku?? Padahal nikmat yang Ia berikan kepadaku tak terhitung jumlahnya..tetapi sekalipun aku tak pernah mengucap syukur pada-Nya….Mahluk macam apa aku ini??? Bahkan aku merasa bahwa aku adalah manusia paling sempurna yang dapat mengatur segalanya.. Mengapa aku tidak dapat meluangkan waktuku untuk mengingat-Mu Ya Allah…
Maafkan aku Ya Allah…..
Air mata Tasya kembali bergulir, akan tetapi kali ini ia tidak menangisi kepergian pacarnya dengan sahabatnya. Ia menangisi ke alpaannya dalam mengingat Tuhannya.
Nanda mendekati Tasya sambil mengusap-usap punggungnya.
“ Istigfar Sya…istigfar…” bisiknya
“ Da, selama ini gue gak pernah memperdulikan Dia..gue jarang banget sujud di hadapn-Nya, gue takut da..gue takut Dia marah sama gue..gue takut Dia murka sama gue..gue emang gak tau diri, wajar kalau Allah menghukum gue dengan Dio dan Alin…” kata Tasya sambil menunduk.
“ Allah gak pernah benci sama loe Sya, justru karena Dia sayang banget sama loe, loe masih diingetin untuk kembali pada-Nya..”
“ Tapi Da..gue ngerasa gak pantes, gue jarang banget ingat pada-NYa..gue takut,,,apa Allah mau maafin gue??”
“Sya, Allah itu paling seneng sama orang-orang yang mau bertaubat. Asal loe bener-bener ingin dan berusaha untuk bertaubat, Insya Allah, Allah bakal maafin loe..lagipula Allah itu Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha pemaaf…pokoknya Maha yang baek-baek deeh ”
***
Tasya terdiam sesaat, kemudian mengangkat wajahnya
“Da, loe mau bantuin gue untuk kembali pada-Nya?” pinta Tasya
“Insya Allah” jawab Nanda sambil tersenyum
“ Tapi ada satu hal lagi”
“Apa Sya??”
“ Loe mau maafin gue, Da?”
“ Maafin apa?” Tanya Nanda
“ Maafin segala kelakuan gue ke loe selama ini.. Gue sadar, selama ini gue udah bersikap gak baik sama loe, gue selalu mengacuhkan nasehat loe, padahal loe udah mau ngingetin gue…maafin gue ya da.. loe maukan maafin gue??”
“ Hhhm…gimana ya??” jawab Nanda dengan pose pura-pura berpikir
“ Ya Nanda!! Masa loe gak mau maafin gue sih…” kata Tasya dengan cemberut
“ Iya..iya gue maafin..jangan cemberut gitu dong,, muka loe jadi makin ancur kalo cemberut. Hahahahaha….”
“ Enak aja…tampang cakep kaya artis gini loe bilang ancur..” jawab Tasya sambil mencubit tangan Nanda
“ Astagfirullahhala’dzim!” teriak Tasya
“  Kenapa Sya??” Tanya Nanda
“ Gue lupa ngambil handphone gue yang ketinggalan di kelas..Nanda yang cantik dan baik..temenin gue yuk ke kelas..”
“ Oke..oke tapi. Ntar pulang gue nebeng yak..”
“ Siiiiiiip lah”
TAMAT

my cerpen part II

Hari ini hari yang paling Tasya sukai, hari Jumat. Kenapa? Karena hari Jumat kegiatan Tasya sedikit. Cuma les piano dan eskul mading. Yes, hari ini gue ada waktu buat jalan sama Dio, pikir Tasya. Setelah kegiatan eskul madingnya selesai, Nanda berencana ke sekolah Dio. Dia ingin mengajak Dio jalan-jalan sebagai ganti dinner yang waktu itu tidak jadi gara-gara kesibukannya. Tasya ingin memberi kejutan kepada Dio dengan datang ke tempat latihan basketnya tanpa memberitahunya.
Sesampainya disana, Tasya mulai mencari-cari Dio.
“ Do, loe liat Dio enggak?” Tanya Tasya kepada teman se-tim Dio, Aldo
“ Loh, hari ini kan Dio izin gak latihan dulu” jawabnya
“ Masak sih Do? Tadi gue telpon katanya hari ini dia latihan..” tanya Tasya dengan penasaran.
“ Waduh, gue gak tau tuh Sya. Tadi sih dia bilangnya izin..”
Tasya semakin bingung dengan jawaban Aldo. Ia yakin sekali kalau tadi di telpon Dio bilang kalau dia mau latihan basket. Kanapa Dio bohong??.
***
Tasya pulang dengan langkah gontai. Pikirannya dipenuhi dengan bermacam-macam khayalan. Jangan-jangan Dio selingkuh, pikirnya dalam hati. Tapi, ah!gak mungkin Dio mengkhianati gue, Tasya meyakinkan dirinya. Gue harus percaya sama Dio. Iya! Gue percaya sama Dio, sekali lagi Tasya meyakinkan dirinya. Tasya merogoh tasnya. Ia ingin mengambil handphone nya, ingin memastikan bahwa Dio tidak membohonginya. Akan tetapi ia tidak dapat menemukan handphone nya. Ia mengeluarkan semua isi tasnya, namun handphone nya tak kunjung ditemukan. Tasya mengingat-ingat dimana ia menaruh handphone nya tadi.
DI KOLONG MEJA!. Tadi sehabis menelpon Dio, ia lupa mengambil kembali handphone nya. Ia langsung menyuruh supirnya untuk mengantarkannya ke sekolah mumpung hari masih sore.
Sesampainya di sekolah, dengan harap-harap cemas, Tasya menuju ke ruangan kelasnya. Lampu kelasnya masih menyala, untung, pikir Tasya.
Tasya membuka pintu kelasnya.
Ia sangat terkejut dengan pemandangan yang baru dilihatnya. Antara percaya tak percaya. Tubuh Tasya lemas, keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya. Air matanya tidak terbendung lagi. Rasanya ingin pingsan, tetapi, dengan sedikit kekuatan yang ada, Tasya mengahampiri sesosok laki-laki dan perempuan yang sedang duduk di bangku pojok paling belakang dengan wajah pucat.
Tasya langsung mengayunkan tangannya ke pipi sang laki-laki yang tak lain dan tak bukan  adalah Dio, pacarnya. Dan dengan penuh emosi, Tasya menatap wajah perempuan yang telah merebut pujaan hatinya. Gelap mata, Tasya langsung menyerang perempuan itu. Sambil berteriak, “ GUE PIKIR LOE TEMEN GUE! KENAPA LOE TEGA NGELAKUIN INI SAMA GUE?!!LOE JAHAT LIN!!LOE JAHAT!
Alin berusaha melepaskan diri dari cengkraman Tasya, namun tenaga Tasya lebih kuat daripada tenaga Alin. Alin tak kuasa menahan serangan Tasya. Akan tetapi ketika tinju Tasya hampir melayang ke wajah Alin , Dio mendorong Tasya hingga terjatuh ke lantai.
Tasya mulai menangis, meraung-raung seperti orang gila. Ia meneriakkan kata-kata yang sama, “ KENAPA LOE BERDUA TEGA NGELAKUIN INI SAMA GUE!” dan mulai bersiap-siap menyerang Alin lagi, namun tamparan Dio melayang ke pipi Tasya yang dipenuhi air mata.
“ Hik..hik..kenapa, kenapa..KENAPA LOE TEGA NGELAKUIN INI KE GUE DIO?!!KENAPA?!!” Tasya berteriak di depan wajah Dio.
“ Loe Tanya kenapa??LOE TANYA KENAPA??!!LOE ENGGAK PERNAH PUNYA WAKTU UNTUK GUE!! LOE SELALU SIBUK NGURUSIN URUSAN LOE SENDIRI, LOE ENGGAK PERNAH MEMPERDULIIN GUE!!” Dio menjawab dengan berteriak.
“ Dio...ta..tapi..kenapa harus Alin..hik..hik..kenapa harus sahabat gue, kenapa?” Tanya Tasya sambil memandangi Dio dengan berlinang air mata.
“ Sahabat loe Sya? Loe bilang gue sahabat loe??iya..mungkin menurut loe gue sahabat loe tapi gue gak pernah menganggap loe sebagai sahabat gue!!” jawab Alin dingin
“ Lin..loe lupa??loe lupa dengan apa yang selama ini kita jalani bersama Lin, udah 11 tahun kita bersama Lin..loe sahabat gue…” kata Tasya dengan terbata-bata. Napasnya tersengal-sengal, dadanya mulai sesak. Tubuhnya benar-benar lemas tak bertenaga, apalagi setelah mendengar pernyataan Alin barusan, ia benar-benar syok.
“ Sya, yang namanya sahabat gak cuma mentingin diri sendiri! Yang namanya sahabat gak cuma mau menerima, tapi juga mau memberi. Selama ini loe cuma cerita tentang loe, loe dan loe!! Loe gak pernah ngasih gue kesempatan buat sekedar cerita!!loe gak pernah nanyain keadaan gue pas gue lagi sedih dan butuh support..APA ITU YANG NAMANYA SAHABAT SYA?!!”
“ Aliin… gue..” Tasya mulai berbicara, namun Alin menyelanya.
“ GUE TUH CAPEK SYA TIAP HARI DENGERIN KELUHAN LOE!! GUE CAPEK…” Alin berteriak sambil meneteskan air mata.
Suasana hening seketika
Tiba-tiba Dio memulai pembicaraan.
“ Sekarang loe udah tau kan alasan kita berdua, jadi gue harap loe bisa terima kenyataanya sekarang. Gue udah gak mau lagi sama loe, mulai sekarang kita PUTUS”
Dio dan Alin meninggalkan Tasya sendirian di ruang kelas. Pikiran Tasya kosong, air mata tak henti-hentinya keluar dari kedua bola matanya yang bening. Ia tak menyangka, dirinya yang ia kira amat sempurna ini dikhianati oleh pacar dan sahabatnya sendiri.
Kreeeek, pintu kelas terbuka. Sesosok gadis berjilbab masuk. Dia Nanda. Nanda sangat terkejut melihat Tasya yang terduduk lemas dengan penampilan yang kacau. Rambutnya acak-acakan, air mata masih bergulir di pipinya, tidak seperti Tasya yang biasanya, yang selalu tampil cantik dan modis.
***
to be continued....

my cerpen part I

Kembali Pada-Nya
“ Hari ini jadwal gue apa aja ya?” pikir Tasya dalam hati. Gadis cantik berparas ayu khas Indonesia ini duduk termenung di dalam mobil Honda Jazz kesayangannya sambil mengutak-atik Handphonenya. Ritualnya sebelum menuju ke sekolah adalah melihat segala kegiatannya hari itu, maklum Tasya termasuk gadis yang super sibuk. Selain aktif di OSIS, ia juga aktif di eskul Tae Kwon Do dan Mading, belum lagi baru-baru ini ia menjabat sebagai ketua OSIS. Selain kegiatan di sekolah, kegiatan di luar sekolah juga seabrek. Mulai dari bimbel, les bahasa inggris, les piano, sampai les balet. Namun biarpun banyak kegiatan, Tasya terkenal gaul di sekolahnya, apalagi semenjak ia memenangkan kontes miss Science se- DKI Jakarta antar SMA, tidak ada seorang pun anak yang tidak kenal dengan Tasya Sahira.
            Tetapi hari ini Tasya tidak kelihatan semangat seperti biasanya. Dari tadi pagi mukanya ditekuk, bibirnya dimonyongin. Setiap orang yang menyapa dicuekin. Sampai-sampai Alin, sahabatnya sejak SD kecipratan dijutekin.
            “ Loe kenapa sih Sya?, dari tadi pagi muka loe asem banget?” Tanya Alin penasarn melihat tingkah sahabatnya itu.
            “Gue BT banget Lin, hari ini tuh jadwal gue padat banget, padahal kan hari ini setahun gue jadian sama Dio, trus dia ngajakin gue dinner, tapi gue gak bisa. Abis ini gue ada rapat OSIS, dan itu pasti sampai malam, trus gue juga ada les Bahasa Inggris dan hari ini gue tes! Aduh Dio pasti bakal marah sama gue!” keluh Tasya panjang lebar.
            “ Buset! Loe ngomong kagak ada titik komanya…yaudah, loe sabar aja, itukan resikonya jadi cewek super sibuk kaya loe.” Nasihat Alin
            “ Iya sih, tapi..” kata-kata Tasya terhenti. Bel pulang pun berbunyi.
            “ Yah, gue mesti rapat OSIS deh…” keluh Tasya
            “ Sabar non, sabar…semangat  yah!” hibur Alin sambil menepuk pundak Tasya.
***
Setelah bel berbunyi, Tasya langsung menuju ruang OSIS dengan loyo dan tak bersemangat. Ruangan OSIS masih sepi, terang saja, rapat baru dimulai satu jam lagi,akan tetapi Tasya malas ke kantin atau nongkrong bareng anak-anak OSIS seperti yang biasa ia lakukan kalau sedang menunggu rapat. Tasya mengambil handphonenya, menelpon pacarnya tercinta. Untung Dio pacar yang pengertian, syukur Tasya dalam hati. Dio memang paling mengerti kalau pacarnya super sibuk. Biasanya ia cuma bisa memaklumi kalau-kalau Tasya tiba-tiba membatalkan janjinya karena kesibukannya.
            Wajah Tasya kembali cerah setelah mengobrol beberapa menit dengan pacarnya, ketika sedang asyik mengobrol tiba-tiba pintu ruangan OSIS terbuka.
            “ Assalamualaikum..” sesosok gadis berjilbab masuk sambil memegang mukena.
            “ Waalaikumsalam” jawab Tasya. Tasya langsung menghentikan pembicaraannya dengan pacarnya tercinta.
            “ Sendirian aja Sya?” Tanya gadis berjilbab itu.
            “ Iya nih”
            “ Loe udah shalat belum?” Tanya gadis itu lagi
            “ Nanti” jawab Tasya singkat. Tasya memang paling malas berhadapan dengan gadis berjilbab itu. Nanda, sekretaris I OSIS nya. Tasya menganggapa Nanda adalah orang yang paling cerewet di seluruh dunia. Berkali-berkali Tasya diceramahin oleh Nanda, terlebih lagi soal shalat. Orang tua gue aja gak pernah nyeramahin gue, pikir Tasya dalam hati setiap kali Nanda memulai ‘khotbah’nya. Tasya hanya bisa diam dan menahan dongkol dalam hati, soalnya ia tidak mau reputasinya yang bagus di sekolah menjadi hancur gara-gara bertengkar dengan anak sekaliber Nanda yang notabene nya anak ‘kuper’ menurut Tasya. Lagipula, di sekolah Tasya terkenal sebagi anak yang ‘open’ kepada siapa saja, termasuk anak-anak ROHIS.
            Tapi, karena hari ini Tasya lagi BT, ia tidak memikirkan lagi reputasinya, ketika Nanda sudah mengambil ancang-ancang untuk menasehati Tasya, Tasya langsung kabur.
***
to be continued....