Thursday, February 21, 2013

Loney yang malang

Bismillahirrahmanirrahiim..
Panggil saja ia loney. Ia senang memanggil dirinya seperti itu walaupun tidak ada yang tau. Seperti nama panggilannya 'loney' yang diambil dari kata 'lonely', kesendirian adalah jati dirinya. Nafas hidupnya. Dan tidak banyak yang tau akan hal itu.
Ya, banyak yang tidak tau, sebab, loney sangat lihai menyembunyikan warna asli yang melumuri jiwanya. Loney, hanya ia yang memanggil dirinya seperti itu. Tidak dengan orang-orang di sekelilingnya. Mereka menamai dirinya sebagai 'crowdy', si ramai yang senang berbicara. Mereka selalu senang di saat ia hadir di tengah-tengah mereka, selalu ada kehidupan, selalu ada cerita yang dituturkan, selalu ada lawakan yang mengundang gelak tawa. Hadirnya di tengah-tengah mereka selalu menjadi pusat perhatian.
Tapi, semua itu palsu. Tawa itu, cerita itu, lawakan itu, dan orang-orang di sekelilingnya itu, semuanya ia anggap palsu dan fana. Yang nyata adalah kesendirian, kesepian, serta rasa muram dan sedih yang berkepanjangan. Loney yang malang, katanya sambil memandangi bayangan dirinya yang memantul di cermin tua warisan neneknya.
Lalu bagaimana dengan teman? Ah, loney tidak percaya dengan hal yang disebut pertemanan atau persahabatan. Baginya teman sejati itu tidak ada. Hanya khayalan dan dongeng yang sering diulang-ulang di setiap cerita. Membosankan, pikirnya. Orang-orang disekelilingnya hanya senang berkumpul dengan 'crowdy', bukan dirinya. Crowdy hanyalah topeng, loney lah jati dirinya yang sebenarnya, orang-orang itu senang menemui topengnya, bukan dia. Ia selalu tersenyum getir setiap kali membayangkan reaksi orang-orang itu apabila suatu hari, ia hadir di tengah-tengah mereka sebagai loney si pemurung yang kesepian. Mereka pasti pergi, begitulah manusia, ia berdecak dalam hati.
Jadi, begitulah loney. Loney yang hidup di dua dunia layaknya amphibi. Ia bahkan tidak pernah tau, dimana tempat ia seharusnya berada. Ia yang selalu merasa sepi, bahkan disaat ia menjadi crowdy. Ia yang selalu tercekik oleh udara sunyi yang semakin lama semakin terasa wajar baginya. Well, that's how life's working, pembiasaan yang pada akhirnya akan menjadi identitas dirimu. Dan loney, sudah teramat biasa sendiri, kesepian di ruang gelap. Jika kau memaksa bertanya padanya siapa teman sejatinya, ia akan menjawab 'gelap'. Mengapa? Karena hanya gelap yang setia menemani dirinya dalam kesendirian.
Lalu, sejak kapan loney bersahabat dengan gelap? Ya..ia bersahabat dengan gelap semenjak ia sadar bahwa terang tidak abadi. Awalnya ia takut sekali dengan gelap. Namun, semakin ia mengharap terang datang, gelap semakin sering menghampiri dirinya. Hingga suatu saat itu semua menjadi hal tak terelakan baginya, ia menjadi amat terbiasa, tidak lagi berteriak histeris ketika gelap hadir. Sialnya, ia kini justru tenggelam bersama gelap, loney yang malang.
Loney yang malang. Dulu ia tidak seperti ini. Salah jika kau pikir ia sudah seperti itu sejak lahir. Dulu ia bisa tersenyum lepas dan tertawa bahagia. Mengeluarkan lelucon-lelucon konyol untuk membuat orang-orang di sekelilingnya tertawa gembira. Seperti crowdy ya, ya..seperti itulah. Hanya saja loney yang dulu melakukan itu semua dengan hati yang ikhlas dan tawa yang lepas. Bukan topeng yang menyembunyikan kesedihannya.
Bagaimana loney bisa begitu berubah? let's say itu adalah gabungan dari bumbu kekecewaan, prasangka buruk, dan pembiasan. Dan juga ini-pengharapan yang berlebihan. Loney terlalu berharap banyak, dan tidak siap menghadapi realita ketika ia hadir menyapa.
Begitulah, loney merasa ia sudah memberi banyak kepada orang-orang di sekelilingnya, hampir tiap hari ia buat mereka tertawa. Namun, dimanakah mereka di saat ia sedang tidak mampu tertawa? Ia selalu ingat hari ketika ia sakit parah, dan tidak ada satu pun yang menanyakan kabarnya. Loney yang malang. Ia sengaja tidak memberi kabar, ia berharap -dan terlalu berharap- ada yang tahu tanpa ia beritahu. Loney tidak tau bahwa begitulah manusia, terkadang manusia butuh memberi tahu bila ingin yang lain tau. Karena indera manusia terbatas. Tidak ada manusia yang dapat melihat isi hati manusia lain, kan. Itu yang loney tidak tau sehingga ia mengharap begitu banyak. Berharap banyak kepada manusia memang tidak baik, sayangnya loney malah berhenti berharap sama sekali. Bahkan kepada dirinya sendiri.
Dan kini, loney terbiasa menyimpan sesuatu itu sendiri. Rasa sakit yang menikam tubuhnya ia simpan sendiri. Ia perparah dengan mengoleskan cairan kesepian dan kesendirian ke sekujur tubuhnya. Ya, aku adalah loney yang kesepian, murung, dan penyendiri, katanya sambil memandangi dirinya di depan cermin warisan neneknya.
Ia tetap menjalani kehidupan topengnya sebagai crowdy.Itu yang membuatnya terhibur dengan kehidupan yang ia anggap lelucon ini. Ia merasa sedikit bernyawa ketika menipu orang-orang di sekelilingnya dengan tawa palsu. Lihat, bahkan tidak ada yang menyadari bahwa selama ini loney bermain peran. Loney yang malang, decaknya dalam hati.
Namun kali ini loney salah, ada satu orang yang menyadari tawa palsunya itu. Ia menatap loney dari jauh dengan tatapan iba. Sesekali ia menunduk ketika ia dapati loney sedang melihat ke arahnya. Ya, ia dapat merasakan semua kepura-puraan yang loney lakukan.
Siapa dia? Panggil saja ia 'dreamy'

No comments:

Post a Comment