Friday, January 21, 2011

LAKUKAN apa yang kau takutkan, maka ketakutan itu pun kan sirna

Bismillahirrahmanirrahiim..

Pernahkah anda merasa tak berdaya, ketika semua teori-teori ideal yang anda cetuskan berbenturan dengan realita dan pada akhirnya anda kembali kepada tabiat biasa, dan teori-teori tersebut anda hempaskan entah kemana?

Pernahkah anda merasa begitu ingin membenarkan situasi yang kacau balau namun pada akhirnya yang dapat anda lakukan hanyalah diam dan terpaku menyaksikan keadaan yang semakin runyam?

Atau pernahkah anda merasa bahwa situasi yang terjadi di sekeliling anda adalah hal yang salah, dan anda tahu berbagai macam teori yang dapat membuatnya menjadi benar, namun semua itu hanya terhenti pada teori saja?lagi-lagi langkah anda terhenti dan anda tidak memiliki cukup keberanian untuk mengaplikasikan semua teori-teori yang anda pelajari untuk membenarkan itu semua?

Pernahkah?

Jika pernah, atau mungkin anda sedang mengalaminya, solusi terbaik untuk menyelesaikan itu semua adalah dengan MELAKUKAN apa yang INGIN ANDA LAKUKAN, selama anda tahu bahwa hal itu BENAR.

Yup..just DO it!

Mungkin mudah bagi kita sekedar berbicara. Namun ketika diminta untuk melakukan apa yang telah kita katakan, kita kerap terdiam. Tak heran, ketika semua hal yang rasanya sudah begitu pas di dalam pikiran kita, sudah begitu ideal kita rasa, menjadi buyar dan sirna seketika ketika kita tidak mentransformasikannya dalam sebuah bentuk kerja nyata. Apalah artinya teori-teori dan konsepan-konsepan luar biasa yang ada apabila hanya sekedar retorika belaka? Apalah artinya semua hal indah dan sempurna pabila hanya sekedar utopia belaka? Apalah artinya? Toh pada akhirnya akan sama saja, karena tidak ada hasil dari semua yang kita katakan. Pada akhirnya akan berujung pada omong kosong belaka. Segala teori-teori yang ada hanya sekedar penghias kata, agar semuanya tampak begitu ilmiah, agar terpandang sebagai orang cerdas dan berpendidikan, namun ketika lagi-lagi diminta untuk memberikan bukti nyata, yang kita lakukan hanya DIAM dan kembali mengulangi cara lama. Sekaan lupa bahwa kemarin-kemarin cara lama itulah yang kita serang kelemahannya, yang kita caci dan kita hina. Namun, lagi-lagi ketika dihadapkan pada sebuah realita yang sesungguhnya, bahwa melakukan tidak semudah mengatakan, kita hanya DIAM tak berdaya .

Mudah, memang mudah bagi kita untuk menarik simpati dengan ribuan kata-kata indah dan mengesankan. Namun sobat,puaskah hati kita apabila  hanya sekedar bekoar-koar belaka? Tidakkah diri ini merasa amat sedih dan sakit ketika idealisme tinggi yang telah dibangun kita robohkan dengan kedua tangan kita sendiri? 

Ya.. sedih, sakit, kecewa, ketika semua impian akan sebuah kehidupan yang ideal terhenti karena KITA TIDAK CUKUP BERANI UNTUK BERKATA BAHWA HAL YANG BENAR ITU BENAR DAN HAL YANG SALAH ITU SALAH.

Keberanian..oh..keberanian..

Dimanakah keberanian itu?

Kita sudah cukup fasih dengan semua teori-teori, namun mengapa ketika dihadapkan oleh situasi yang tidak sesuai, yang semestinya dapat kita benarkan melalui semua teori-teori yang kita pelajari, langkah itu terhenti begitu saja? Mengapa kita tidak cukup berani untuk bergerak dan membenarkannya??

Lakukan sajalah.
Mudah bagi orang lain untuk berkata “lakukan sajalah” sedangkan kita sendiri ketar-ketir untuk memulai langkah pertama. Sebenarnya apa yang ditakutkan? Toh semua teori itu sudah amat kita kuasai kan?

Tak ada gunanya pada akhirnya semua teori-teori itu ketika pada akhirnya kita tak memiliki keberanian untuk melakukan hal yang sesuai dengan apa yang seharusnya kita lakukan.

Tidak! Ternyata untuk mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik tidak hanya cukup dengan penguasaan teori-teori saja. Butuh ekstra keberanian yang nantinya dapat merubah sebuah teori menjadi tindakan aplikatif yang nyata. NYATA terasa kebermanfaatannya, tidak hanya berkutat pada angan-angan belaka.

Lalu, bagaimana agar keberanian itu tumbuh? Sedangkan ketika baru saja mengangkat sebelah kaki untuk mulai melangkah, belenggu-belenggu hadir dan mengikat kaki kita dengan begitu erat. Sakit! Rasanya terlalu sakit untuk memulai sebuah perjalanan panjang. Pikiran-pikiran negatif, bayang-bayang akan betapa sulitnya perjalanan yang akan ditempuh dengan kaki-kaki yang terbelenggu dengan keras mulai bergentayangan di alam pikiran. Dan kemudian hati menjadi kembali ragu untuk memulai langkah baru.

Lakukan sajalah!
Lagi-lagi keluar kata-kata itu. lakukan saja, walau tidak mudah. Lakukan saja walau nantinya harus berdarah-darah. Lakukan sajalah!

“Cara terampuh untuk mengatasi ketakutan adalah dengan MELAKUKAN apa yang kita takuti tersebut” kata pepatah. Bahkan terapi untuk menyembuhkan phobia akan sesuatu adalah dengan berusaha berdamai dengan hal yang ditakuti tersebut. Jadi, lakukan sajalah! Itulah solusinya.

Ya..walau ketika kita telah memulai untuk melakukannya, bisa jadi yang akan kita temui lagi-lagi kesulitan dan banyaknya cobaan maupun rintangan. Namun, paling tidak, ketika kita telah berusaha untuk melakukan apa yang kita takutkan dan apa yang kita ingin lakukan selama hal itu kita tau benar, maka sejatinya kita telah terlepas dari belenggu-belenggu yang memberatkan hati kita. Karena rasa bersalah dan rasa penyesalan ketika kita tidak melakukan hal yang seharusnya kita lakukan akan jauh terasa lebih berat berkali-kali lipat ketimbang kita melakukannya

Tidak ada jaminan bahwa setelah melakukannya kita akan terlepas dari semua problema, bahkan problema baru yang lebih menantang akan datang menyambangi hidup kita. namun, ketika semua masalah-masalah baru datang, kita tidak lagi tampil sebagai orang yang PENGECUT. Tidak..kita telah berhasil mengalahkan rasa takut kita, kita telah tumbuh sebagai orang yang baru.

Jadi, ayolah kita beranikan diri untuk berkata bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Buat apa kita pelajari banyak teori jika pada akhirnya teori-teori tersebut tidak dapat membuat perubahan sekecil apapun? Jika teori tersebut hanya sekedar pemanis kata-kata yang membuat kita tampak seperi kalangan cendikia?

Tidakkah kita iri dengan keberanian Al-Faruq, Umar Ibn Khattab yang dapat dengan lantang berkata bahwa PUTIH adalah PUTIH dan HITAM adalah HITAM? Tidak ada abu-abu di sana! Tidakkah kita mendambakan diri yang juga dapat membedakan dengan jelas mana yang hak dan mana yang batil? Walaupun kita tak mungkin bisa sama persis layaknya Al-Faruq yang dapat membedakan mana yang HAK dan mana yang BATIL dengan begitu gagah berani.

Sejatinya tidak ada yang kita takutkan ketika kita tahu bahwa kita berada dijalan yang benar, terlebih lagi ketika kita telah memiliki banyak teori sebagai landasan.

Sejatinya kita tidak perlu ketakutan untuk berkata, untuk bersuara, dan membenarkan ketika kita tahu bahwa hal yang terjadi itu salah.

Sejatinya kita harus mengasah lagi keberanian kita..

Sejauh mana kita berani menetapkan langkah kita??

 

 

No comments:

Post a Comment