BismIllahirrahmanirrahiim...
" You know what?suprisingly i'm a hard thinker actually. I feel that i'm look like Aristotle now"
Ia membuka bungkus potato chip sembari meracau. Kebiasaan yang ia lakukan ketika otaknya penuh dengan hal-hal yang membuatnya pening bukan kepalang. Aku hanya menyimak satu persatu untaian kata per kata yang keluar dari racauannya malam ini. Sepertinya akan turun hujan.
"Well, it is suprising me actually, tapi lw gak kaya Aristoteles ah, otak lw gak akan nyampe mikir setinggi itu" kataku menimpali racauannya dengan candaan yang sama tidak jelasnya.
"Ah, lw nih, serius gw!" Satu persatu potato chip dilumatnya. Hanya bunyi krush-krush yang keluar dari mulutnya kini. Ia begitu khusyu menyantap potato chip.
Hingga suatu ketika, potato chip yang terakhir pun habis. Aku masih terdiam, menanti kata-kata apa yang akan keluar dari mulutnya.
"You know, i give up, i'm tired"
Ia lipat bungkus potato chip yang sudah habis. Kini ia basahi dengan tetes air mata. Ia menangis, tangisan langka yang jarang sekali ia tunjukkan. Aku mencoba menenangkannya, mengusap-usap punggungnya yang bergetar hebat. Ia menangis sejadi-jadinya, sesungukan hingga wajahnya berubah merah. Aku seperti biasa, selalu tidak mengerti bagaimana menghadapi situasi seperti ini.
Tiba-tiba hujan turun, sangat deras. Petir menggelegar, langit seakan-akan ikut menangis bersamanya.
Selang berapa lama, ia seka butir air mata yang jatuh di pipinya. Ia atur nafasnya dan mulai menenangkan diri. Ia tarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, berusaha menetralisir denyut jantung agar kembali normal.
" Yup, i'm give up on thinking that much. Gw cape banyak mikir. Mendingan gak usah mikirin apa-apa kan?jalanin aja, gw mau berhenti jadi pemikir!" Racauannya kembali lagi.
"Terus otak lw nganggur dong kalo gak dipake buat mikir. Gak usah berhenti mikir, lw cuma butuh mengalihkan pikiran lw aja, dari mikirin hal-hal yang bikin lw sedih dan takut ke hal-hal yang menyenangkan, yang bisa bikin lw tersenyum lagi" Entah dari mana kata-kata itu meluncur, jarang-jarang aku bisa menceramahi orang.
"Exactly..you're absolutely right.."
Ia memandangi bungkus potato chipnya yang basah oleh air mata. Diam untuk beberapa saat, mungkin sedang memikirkan kata-kataku barusan.
"Jadi gw gak boleh nyerah ya? Secapek apapun gw" tanyanya sambil memandangi wajahku dengan wajah yang serius.
"Yup, lw gak boleh menyerah, semangaaat!perjuangan baru di mulai ini. Lw pasti bisa kok menghadapi semuanya, jangan nyerah ya" kataku sambil tersenyum dan memegang tangannya.
Air mata kembali tumpah dari pelupuk matanya, ia tak berkata apa-apa, kembali melanjutkan tangis, namun tangis yang berbeda kini. Tangisannya jauh lebih tenang dibanding sebelumnya
"I got it. I will fight!" Katanya sambik tersenyum padaku.
"Nah, itu baru semangat! Kamu pasti bisa saudari!" Aku menepuk pundaknya.
"Eh, gw ke kamar mandi bentar ya"
Aku meninggalkan ia sendirian di kamar itu. Kini aku bisa lega, ia kembali ingin berjuang.
Kuambil secarik kertas yang kulipat-lipat di dalam saku celanaku. Hasil diagnosa. Tangisku pecah membacanya. Aku menangis, namun berusaha untuk tidak sesungukan. Kurobek kertas itu dan kulempar ke dalam tong sampah.
"You're not allowed to give up. Biar aku saja yang menyerah.." Kataku sembari menyeka air mata dan mencuci muka, menghilangkan jejak tangis.
Di luar hujan semakin deras, seperti hujan yang ada di dalam hatiku. Entah siapa yang ia temani, yang pasti hujan telah mewakili setengah tangis yang tertahan.
No comments:
Post a Comment