Bismillahirrahmanirrahiim..
Cinta itu memiliki berbagai macam rupa. Ada yang menjelma menjadi kata-kata puitis, suasana romantis, pelukan yang hangat, perhatian yang menyenangkan, maupun kecupan lembut dan menenangkan.
Namun, terkadang cinta juga menjelma menjadi hal yang rumit dan tidak nyata terlihat. Butuh usaha ekstra untuk memecah kode yang tersembunyi. Rumit dan kerap membuat salah persepsi atau bahkan frustrasi. Tapi, ketika kode itu terpecahkan, rentetan sandi-sandi rumit itu mulai terbaca menjadi susunan lima huruf. C-I-N-T-A. CINTA.
Marah. Itu juga jelmaan dari cinta. Masih segar diingatanku kata-kata yang meluncur dari bibirmu, bunda ketika aku merungut kesal setelah kau marahi.
"Marah itu tandanya bunda masih peduli sama kamu. Kalau bunda gak peduli mah, bodo amat kamu mau ngapain juga"
Sindiran. Itu juga jelmaan lain dari cinta. Ya, karena kau terlampau cinta, makanya dengan segala cara kau lindungi aku untuk tidak lupa diri dan asyik dengan duniaku sendiri. Walaupun dengan sindiran yang sambil lalu kudengarkan.
"Terus aja 'kelayapan' terus. Kalau lagi sehat lupa diri"
"Pergi aja..nanti kalau kenapa-kenapa gak usah ngadu ke bunda"
"Kamu ni cuma semangat doang yang tersisa, tapi badannya letoy, masih aja maksain"
Dan terkadang cinta juga menjelma menjadi sebuah perlindungan ekstra protektif. Seberapa tersiksa dan terbatasnya diri, itulah caramu untuk membahasakan cinta dengan cara yang tak biasa. Menjauhkan aku dari segala macam potensi yang dapat membuatku sakit.
Ya. Jelmaan cintamu memang terkadang begitu rumit, bunda. Ibarat memecahkan misteri di balik senyuman Monalisa. Aku harus membuka mataku lebar-lebar, mengarahkan pandangan mataku jeli, dan mengaktivasi hati untuk dapat menangkap sinyal cinta itu. Ya..terkadang caramu membahasakan cinta membuat aku belajar lebih peka dan melihat dengan cara yang berbeda, bunda.
Namun..bagiku jelmaan cinta yang tak selalu kau obral tiap waktu itu memang jauh lebih berkesan, entah mengapa. Pelukan hangat yang sesekali namun begitu membekas, kecupan lembut sesekali tetapi begitu menenangkan, ah..semua itu mahal bagiku.
Dan buliran air mata yang jarang sekali kau tunjukan pada kami, namun kau tumpahkan untukku di saat aku tak sadarkan diri kala itu, pasca operasi amandel. Itu adalah CINTA.
"Istighfar Sarah..Istighfar..Allahuakbar.."
Kulihat matamu basah, pipimu basah, air matamu tumpah melihat diriku yang menangis tak sadarkan diri.
Atau kata-kata lugas dan menohok yang sering kau sampaikan untukku. Yang memaksa aku untuk berpikir dan bertindak dewasa. Memaksaku untuk belajar dan tumbuh. Itu adalah CINTA.
"Apa yang kamu dapatkan di BEM?" Suatu malam kau tanyakan padaku yang membuat aku kembali berpikir, untuk apa aku berjuang di BEM. Apa tujuanku? Ridho Allah kah? Atau hanya main-main saja?
"Mau IP kamu 4, mau kamu ketua ini-itu, kalau kamu gak bisa masak, sama aja boong. Gak ada gunanya" Suatu siang kau lontarkan pernyataan itu sembari mengajariku bermacam-macam resep dan bumbu serta bagaimana cara mengelolanya menjadi sebuah makanan.
Itu semua adalah jelmaan cintamu, bunda.
Dan ini, pesanmu dalam sebuah perbincangan panjang antara aku dan dirimu tentang masa depan.
"Kenapa bunda memilih ayah? Agama, Sar. Pilih yang agamanya paling baik. Kalau agamanya baik, dia akan bertanggungjawab pada keluarganya"
Ya Rahman..itu semua adalah jelmaan cinta. Dan cintamu, bunda, adalah setitik dari jelmaan cinta Allah Yang Maha Mencintai hamba-Nya.
Ya..bahasa semua Ibu dimana pun, di belahan bumi manapun, dengan latar belakang apapun adalah sama. CINTA. Jelmaan cinta mungkin berbeda, namun semua.mengarah pada satu inti yang sama. CINTA.
Cinta itu memang terkadang rumit, namun cinta yang membuat kita kerap bersyukur pada Tuhan Yang Menganugerahkan cinta. Cinta itu indah dan membahagiakan, bagaimanapun bentuk dan jelmaannya.
Dan cinta itu kamu, bunda..
No comments:
Post a Comment