Friday, July 6, 2012

Tidak (diberi) judul..

Bismillahirrahmanirrahiim...

Mungkin kau tidak lagi mengenalinya.
Dia yang dulu begitu penuh dengan gelora.
Dari A hingga Z ia bercerita.
Tentang segala impian, asa, dan cita.

Kini ia hanya terpaku.
Termenung termangu dan menatap waktu.
Waktu yang berlari kian cepat.
Hingga tak sadar dirinya sudah kian terlambat.

Dulu dengan semangat ia bertutur.
Mengenai impiannya yang (mungkin) terdengar ngelantur.
Ingin terbang bersama balon udara tinggi hingga ke Himalaya.
Atau mendirikan sebuah kerajaan boneka di kutub utara.
Atau pula yang satu ini,
Ingin melukis pelangi menjadi jingga sepenuhnya.

Impian yang mengundang gelak tawa dari sesiapa yang mendengar.
Namun ia tak pernah mau peduli dan juga tak gentar.
Karena ia tahu, impiannya itulah yang membuat hidupnya kian bernyawa. 
Ya..Dulu..

Namun,
Kini semuanya berbeda.
Tidak ada lagi gelak tawa.
Karena kini ia sudah berhenti bercerita.
Tidak ada lagi impian ngelantur.
Karena kini ia sudah mundur.
Tidak ada lagi 'nyawa' dalam hidupnya.
Karena kini ia sudah memutuskan untuk menguburnya dalam.

Apa yang terjadi padanya?
Apa yang membuatnya seperti itu? kau bertanya.

Mungkin karena kata, jawabku.
Kata sederhana yang menancap dalam, di hatinya yang sedang tenggelam.
Mungkin juga karena peristiwa, jawabku.
Peristiwa sederhana yang membekas, di dalam jiwa nya yang sedang kebas.

Atau

Mungkin karena kamu.
Kamu yang berkata dengan sederhana 
Kamu yang memberikan kenangan melalui persitiwa yang sederhana
Kamu yang (mungkin) tidak sadar telah membuat dirinya membelenggu hati dan jiwanya, sampai kini ia takut bercerita tentang impian, asa, dan cita.

Tapi itu semua bukan salahmu.
Hingga kini ia menjadi bisu.
Semestinya ia tahu.
Bahwa kau bukan manusia serba tau.

Mungkin kau berkata, bukan sama dengan yang kau rasa.
Mungkin yang ia rasa, jauh dari apa maksud yang kau kata.
Hingga semuanya berkumpul menjadi gumpalan prasangka.

Dan ia yang memutuskan berhenti. 
Berhenti berkata. 
Berhenti bermimpi. 
Berhenti bercerita.

Walaupun mestinya ia harus belajar, bahwa dirinya lah yang memenjarakan dirinya.
Mestinya kau pun juga belajar, bahwa berjabat tangan erat dengan orang yang sedang terluka tangannya, hanya akan menimbulkan sakit yang semakin parah, walaupun jabat tangan itu disertai senyum yang menawan.

Ya..
Kini kita hanya dapat berdoa.
Agar ia kembali dan berhenti termangu menyesali waktu.
Sembari mendoakan diri sendiri.
Untuk tidak menorehkan luka kepada orang lain, tanpa kita sadari.

1 comment: