Friday, October 29, 2010

Gadis langit dan lelaki awan (episode 1)

" Aku benar-benar suka langit"

Kata-katanya begitu mantap. Matanya berkilat-kilat menunjukkan tanda keseriusan. Wajahnya mendongak ke atas, menatap langit yang begitu dicintainya. Senyuman lebar merekah diantara kedua pipi merah meronanya yang tembam.

Dan, tanpa kusadari, wajahku pun berubah merah padam, tersipu malu mendengar pernyataannya barusan. Walaupun kusadari betul, kata-kata barusan bukan ditujukkan untukku, namun untuk 'langit' dalam arti yang sebenar-benarnya. Namun, aku tak peduli. Orang yang dilanda cinta memang kadang tak berlogika bukan?Itu yang kupelajari dari sinetron-sinetron di televisi.

***

Aku benci namaku. Benci!Benci!Benci sekali! kenapa bunda harus memberiku nama sekonyol itu. Rasanya bunda enggan bersusah payah untuk mencarikan sebuah nama untukku di kala aku lahir. Begitu simpelnya satu kata yang menjadi namaku itu. LANGIT. Ya..aku anak perempuan dan namaku adalah LANGIT. Hanya LANGIT! tidak ada embel-embel apapun di depan maupun di belakangnya. Tidak ada tambahan 'Siti', 'Nur' atau nama lain apalah yang dapat menunjukkan jati diriku sebagai anak perempuan. Begitu singkat namaku itu...

LANGIT!

Selama 1 tahun terakhir ini, aku sedang gencar-gencarnya berusaha membujuk bunda untuk mengganti namaku. "Ayolah bundaaa..LANGIT itu nama yang aneh, bunda gak tau sih gimana gak enaknya diejek dan dicemooh gara-gara nama aneh ini!" rayuan maut kulancarkan ketika bunda sedang asyik bercengkrama dengan 'noona', laptop kesayangannya.

Bunda menghentikan gerakan jemari indahnya yang sedari tadi beradu dengan huruf-huruf yang ada pada keyboard si 'noona'.Bunda menoleh padaku, lantas kemudian memegang kedua pipiku dengan begitu lembut sambil menatap wajahku lamat-lamat. Ah! lagi-lagi bunda mengeluarkan jurus mautnya agar membuat diriku luluh dan tersihir dengan kata-kata apapun yang akan bunda sampaikan.

"Langit sayang.." Bunda mulai mengeluarkan suaranya yang lembut.

Aku tau betul apa yang akan bunda katakan, kata-kata sama yang kerap digunakan untuk menentramkan hatiku dikala aku gundah gulana dengan nama anehku ini. Kali ini aku tidak boleh kalah dengan kata-kata bunda yang kerap menyihirku. Aku sudah muak dengan nama ini. LANGIT..BAH!

Kulepaskan genggaman kedua tangan lembut bunda. kemudian kuletakkan kedua tanganku pada pipi bunda yang begitu tirus. Bunda terlihat kaget. Ini kali pertama aku melakukan hal tersebut. Biasanya aku hanya diam dan pasrah mendengar kata-kata bunda yang begitu menggetarkan hati. Kata-kata bunda yang kemudian membuatku dapat mengangkat kepala kepada dunia dan berkata "HEY!Namaku LANGIT!NAMA YANG INDAH BUKAN?".

Namun tak berlangsung lama sihir dari kata-kata bunda mempengaruhiku. Apalagi ketika rombongan Aldo dkk sudah mulai melontarkan ejekan-ejekan menyebalkannya padaku, rasanya ingin kubuang sejauh mungkin nama aneh ini.

"Bunda! Aku sudah besar. Aku sudah 11 tahun bunda. Aku tidak mau seumur hidup diejek dan dicemooh gara-ara nama yang aneh ini..pokonya aku mau ganti nama!Ini semua salah bunda!Kenapa bunda harus memberikanku nama yang aneh!Kenapa tidak memberiku nama seperti anak-anak yang lain?!kenapa harus LANGIT!kenapa bukan Marisa, Tasya, Nadia,Dina, KENAPA BUNDA?"

Kuluapkan amarahku yang sedari pagi kutahan. Aku memang anak yang penakut. Diejek, diusili, dicemooh separah apapun, aku hanya diam dan tak bergeming. Hal inilah yang membuat Aldo dan cecunguk-cecunguknya begitu betah menjailiku. Aku memang anak yang penakut dan pendiam. Tak pernah sekalipun aku berani mengungkapkan perasaan yang membuncah di dalam hati. Sedih, Marah, Kesal,biasanya kusimpan sendiri. SENDIRI. Tanpa ada teman yang dapat diajak berbagi.

Yaa..karena saking seringnya berpindah rumah, aku pun jadi lupa bagaimana caranya bersosialisasi. Hampir tiap setahun sekali aku dan bunda berpindah tempat, dari satu daerah ke daerah lain. Bunda selalu bilang " Di tempat baru kita akan menemukan pembelajaran baru langit..".

Yayayaya..bagiku tempat baru adalah masalah baru karena aku harus berpindah-pindah sekolah dan memperkenalkan namaku yang aneh ini. Dan disinilah aku sekarang. Semakin merana di tengah-tengah gencetan anak yang tak berotak.

Air mata jatuh membasahi kedua pipiku. Ini pertama kalinya aku menangis di depan bunda. Dan yang paling tak kusangka adalah, buliran air mata itu juga jatuh dari kedua bola mata bunda yang indah.

Bunda turut menangis bersamaku.

***

Hari ini kelas kami akan kedatangan murid baru. Anak-anak cowok yang tak berotak (Aldo dan cecunguk-cecunguknya) ribut membicarakan anak baru tersebut. Mereka bertaruh apakah anak baru tersebut laki-laki atau perempuan. Mereka ribut sekali!Berisik!Aku tidak lagi dapat berkonsentrasi dengan novel yang sedang kubaca.Tiba-tiba, Aldo yang kurus kering dan berkulit gelap itu mendatangiku bersama cecunguk-cecunguknya (Cahyo dan Abdul). Dengan senyuman yang menyebalkan ia duduk di bangku depanku. Tiba-tiba saja ia merampas novel yang sedang kubaca dan mengibas-ngibaskan novelku ke udara. Aku hanya diam tanpa ekspresi.

Ku tatap wajah Aldo dengan tatapan penuh kebencian dan kuambil novelku yang lain dari laci mejaku. Aldo terlihat kesal melihatku yang tidak terpengaruh dengan tingkah lakunya yang sangat menyebalkan itu. Ia kembali merebut novelku dan mengibas-ngibaskan kedua novelku di udara. Aku masih diam dan menatap Aldo dengan tatapan dingin. Terserah!Aku tak peduli dengan apa yang akan kau lakukan, anak konyol!pikirku dalam hati. Aku sudah bersumpah dalam hati, seusil apapun tingkah lakunya padaku, aku tetap tidak akan menunjukkan raut muka kesal dan ekspresi apapun. Karena kalau aku menunjukkan wajah marah dan melawannya, ia akan senang. Karena itulah tujuannya melakukan tindakan-tindakan menyebalkan itu, membuatku marah dan meledak-ledak. Namun aku telah bersumpah bahwa AKU TIDAK AKAN MARAH!

Wajah hitam Aldo terlihat semakin hitam karena marah. Ia begitu kesal karena lagi-lagi hari ini ia gagal membuatku terpancing amarahnya. Ia melemparkan kedua novelku ke arah pintu. TEPAT ketika Ibu Sofia masuk bersama anak baru. Wajah Ibu Sofia merah padam saking marahnya. Bagaimana tidak marah, ia disambut dengan sambitan dua buah buku novel dari anak muridnya yang paling nakal seantero sekolah.

Ibu Sofia memanggil Aldo dengan suara yang menggelagar layaknya petir yang menyambar di siang hari bolong. Ia meminta Aldo untuk menemuinya setelah kelas usai. Wajah Aldo kini berubah pucat pasi. Rasakan!Pikirku dalam hati. Akhirnya Aldo mendapatkan ganjaran dari Allah SWT atas kelakuan jahatnya padaku. Aku pun tersenyum penuh kemenangan.

Ibu Sofia pun melanjutkan kelas dengan memperkenalkan murid baru. Anak yang berperawakan gemuk. Pipinya tembam dengan perut yang buncit. Bajunya terlihat begitu sempit saking besarnya perut yang ia miliki. Kulitnya putih bersih, layaknya orang keturunan tionghoa. Namun matanya tidak sipit.Hidungnya agak macung dan bibirnya tipis.

Namanya?

Aah..namanya itulah yang membuatku sengasara di kemudian hari.

Muhhamad Fatih al-Awani

Paggilannya..

AWAN!

Indah sekali!Bagaikan tertimpa pohon durian beserta durian-duriannya, hari itu juga muncullah pasangan yang sangat serasi di kelas kami. Ya...LANGIT dan AWAN, dua hal yang selalu bersama dan tak terpisahkan. Pasangan yang muncul akibat 'jasa' dari mak comblang yang paling kubenci seantero jagat raya, ALDO!

Ibu Sofia meminta Awan untuk duduk di sebelahku. SIAL!Kenapa harus disebelahku! Aldo dan anak-anak lainnya sibuk menggodaku dengan "cieee..cieee", "ihiiiiy...ihiiy","asiiik niye.." dan perkataan-perkataan yang tak jelas dan sangaaaat menyebalkan. Aku masih dengan ekspresiku yang biasa. Diam dan Dingin.

Awan duduk di sebelahku. Uuuh. Badannya bulat sekali, pikirku. Persis seperti buntalan awan kumulus yang bergerumul ketika langit cerah menaungi kota. Awan menoleh kepadaku dan tersenyum.

"Assalamualaikum" katanya. Pipinya yang kemerahan terlihat sangat bulat seperti bakpao.

***

(Bersambung)  



*Bismillah..nyoba-nyoba buat cerpen..smoga bisa kelar sampai tamat..amiin..SEMANGAT NULIS!

 

11 comments:

  1. Wuih,bagus banget!pengagumlangit SUKA!!
    Ditunggu lanjutannya ya..

    ReplyDelete
  2. karya nr sar??? bagus juga....ngalir ceritanya..jadi penasaran

    ReplyDelete
  3. makasi ^^ masih belajar nyorat-nyoret aja,

    id nya bagus mba, pengagum langit, saya juga pengagum langit banget..hehehehe

    ReplyDelete
  4. wah...cerita yang membuat penasaran.
    lanjutkan sar!
    ganbatte!!!

    ReplyDelete
  5. bentar2 .. baca ah//..
    saya suka judulnya.
    (padahal) belum dibaca..
    hho..

    *maapyaklagianeh :P

    ReplyDelete
  6. masi blm pantes pen buat dkirim..acak kadul gini.hehehe

    ReplyDelete
  7. komen ah...

    di episode yang kedua aja yah..
    :D

    ReplyDelete