Friday, August 30, 2013

#Cemburu

Bismillahirrahmanirrahiim..
"Kau tau apa yang  membuat wanita menjadi sangat mengerikan ?" tanyanya suatu hari sambil memainkan kuas kesayangannya yang menari riang di atas kanvas putih.
Aku menggeleng.
Kala itu aku tidak terlalu fokus dengan apa yang ia katakan. Aku begitu terpana dengan tarian kuas di atas kanvas putih. Warna-warna itu berpadu, menari bersama kuas, menciptakan melodi warna yang sangat indah. Kali ini jingga, ia akan menjadikan jingga sebagai pemeran utama. Tak sabar aku menanti, lukisan langit apa yang akan membuatku terbius karena keindahannya.
Langit. Berkat lukisannya aku kini menyadari bahwa dirimu sangat indah.
Tiba-tiba ia menghentikan tarian riang sang kuas. Menatapku sambil berkata " wakaranai? Anata wa hontou ni onanoko desuka?"
"Atarimai desu!!" jawabku dengan nada sewot. Tidak sopan sekali dia menanyakan apakah aku ini benar-benar perempuan atau tidak. Huh!
Ia tertawa mendengar jawaban dengan nada sewotku. Dia itu memang sangat senang membuatku jengkel. Semakin aku kesal, semakin bahagia ia. Mendokusai no otoko!
"Yang membuat wanita menjadi begitu menyeramkan adalah cemburu. Onanoko no ureyamashi wa hontou ni kowai desu" Katanya sambil kembali memainkan kuas dan warna dominasi jingga.
"Hmm..jadi,apakah aku terlihat begitu menyeramkan di matamu? Kau tau? Setiap kau membuat lukisan langit, aku cemburu. Ketika lukisan itu selesai,aku semakin cemburu. Berarti aku terlihat menyeramkan di setiap waktu ya?"
"Baka! Sonna koto ja nai no..bukan cemburu yang seperti itu.
"Lalu yang seperti apa?" tanyaku lagi.
Ia meletakkan kuasnya dan kembali menatapku lamat-lamat.
"Yappari, omae wa mada kodomo desu ne..dasar anak kecil!"
Tiba-tiba ia mencoret pipiku dengan warna jingga.
"Aaa! Anata wa naniatenda?!! Satoshi wa baka!" aku mencubit pipinya keras-keras dan berlari ke kamar mandi,membersihkan cat minyak berwarna jingga yang dicoretkan ke pipiku oleh si orang Jepang aneh itu.
"Kamu masih kecil ya rupanya.." kata-kata Satoshi masih terngiang di telingaku. Sebenarnya aku tau betul 'cemburu' macam apa yang dimaksud oleh Satoshi, namun aku sengaja menghindari pembicaraan semacam itu dengan si pelukis Jepang aneh itu.
Sesungguhnya aku sadar betul betapa mengerikannya wanita ketika ia cemburu.
Aku paham sekali.
Aku sangat mengerti, bahkan di saat aku sendiri belum mengerti apa itu 'cemburu'.
Di saat laut, bukit, serta raut anak laki-laki itu masih terlihat jelas di hadapanku.
Raut yang kerap membuatku cemburu, dulu.
*mada tsu-tsu-ku


No comments:

Post a Comment