Bismillahirrahmanirrahiim..
"Ka, liat, kayaknya dia suka banget mandangin langit" katanya sambil menoleh ke arah orang yang sedari tadi mendongakkan wajahnya ke atas langit.
" Begitukah?" jawab sang kakak sambil tersenyum dengan senyuman khasnya.
"Sini kakak kasi tau" Jemarinya mengisyaratkan kepada si adik untuk mendekat.
"Dia itu, pawang hujan. Dia lagi menghalau hujan dek" kata si kakak dengan wajah serius sambil menatap mata sang adik lamat-lamat.
"Ah?serius kak?masa sih dia pawang hujan?sekarang lagi cerah gini kak, gak ada tanda-tanda mau hujan" si adik memandang ke atas langit dan memastikan bahwa warna langit yang menaungi mereka saat ini adalah biru cerah, bukan kelabu.
"Ini gak ada tanda-tanda mau hujan kak, apa yang mau dihalau coba" si adik masih memandangi langit dengan tatapan bingung. Pandangannya kemudian berhenti ke arah sosok yang masih menatap ke atas langit. "masa sih dia pawang hujan??" tanyanya dalam hati.
Sang kakak tiba-tiba tertawa terbahak sembari mengusap kepalanya seperti biasa.
"Hahaahhahaha...anak polos" si kakak yang tadinya mengusap kini mengacak-acak rambut ikalnya.
"Iiih...rese banget sih kak, kakak bohong ya" ia mencubit lengan kakaknya sekuat tenaga, kesal bukan main ia ketika tau kakaknya ternyata membohonginya.
"Aduuuh..sakittt" si kakak kini sibuk menghalau serangan cubitan ala semut rangrang milik sang adik. "Kakak gak bohong dek, dia itu emang lagi menghalau hujan" kata si kakak sambil memegangi kedua tangan si adik. Serbuan cubitan semut rangrang pun terhenti.
"Dia itu.." si kakak melanjutkan kata-katanya dengan wajah serius yang tak biasa ia tunjukkan ke siapapun kecuali adik kesayangannya itu.
"...sedang menghalau hujan di pelupuk matanya. Memandangi langit seperti itu adalah caranya untuk menahan tetesan air 'hujan' agar tidak jatuh membasahi pipinya"
"kakak tau dari mana?" si adik bertanya dengan nada curiga, takut si kakak membohonginya lagi.
"Ra-ha-si-a" si kakak menjulurkan lidahnya sambil mengacak-acak rambut ikalnya. Ia pun membalas kakaknya dengan serangan cubitan semut rangrang miliknya.
Tiba-tiba serangan cubitan itu terhenti seketika. "kak.."
"hah? Kenapa dek..?"
"Dia gagal menghalau hujannya. Sekarang banjir kak.." si adik menunjuk ke arah sosok yang kini tidak lagi mendongak ke atas langit. Sosok itu kini menunduk dengan bahu yang bergetar dan tangan yang mebutupi seluruh wajahnya.
Sang kakak menghela nafas panjang sambil berkata dalam hati.
"ayolah, kamu kuat!"
No comments:
Post a Comment