
Yah..dan dia pun hanya mampu menatap awan kumulus yang bergerumul seperti gulali putih.
Dan meratapi air mata yang tidak pernah tumpah ketika mata sudah begitu kering.
Atau mungkin hatinya yang sebenarnya kering?
Dan ia pun hanya sanggup memandangi rintik hujan dengan pandangan muram.
Memeluk erat jaket, menutupi sebagian wajah.
Memaksa air mata tumpah, memaksa hati yang kering agar senantiasa basah.
Ya..kali ini berhasil, dalam gemuruh petir, tangis membuncah, bersaut-sautan dengan suara guruh dan kilat yang menyambar.
Ah, hati, disangkanya selesai sudah perkara ketika bola mata menjadi bengkak, hidung memerah dan dada sesak karena sesungukan.
Ternyata , esok yang dia hadapi jauh memaksa buliran itu tumpah lagi. Dan hati bukan semakin lega, tapi semakin sempit. Sempit dan sempit.
Dirasanya kian hari hatinya semakin bernanah.
Ah..
Allah, berikan aku hati yang baru, lirihnya.
Hati yang tidak lagi bernanah, sempit dan sesak.
Hati yang jauh dari prasangka, kecewa, dan susah.
Hati yang sabar..hati yang ikhlas..
Kembali menatap kumpulan awan kumulus..
Menikmati teriknya mentari yang membakar kulit.
Menanti hujan..yang menghapus rasa di hati..
Allah..aku ingin hati yang baru, lirihnya
"Ganti Hati", kata pak Dahlan Iskan
ReplyDelete