
Disini, seonggok jiwa diam termangu. Berpikir, sambil menikmati wangi hujan yang menderu.
Harus bersikap apa, jiwa berontak ingin pergi, namun jasad masih terbelenggu dalam ketakutan yang kelabu.
Disini, seonggok jiwa menangis. Sambil diiringi orkestra kelam dari hujan gerimis.
Menangisi ketiadakberdayaan jiwa yang lemah dan tak mampu berbuat apa-apa. Walau menangis kini bukanlah lagi saatnya. Berbicara dan berusahalah yang (mungkin) dapat mengubah suasananya.
Disini, seonggok jiwa meratap. Kembali meratapi keabsenan jasad, kembali meratapi kekosongan keberadaan.
Ratapan yang semakin menyakitkan, ketika melihat mereka berusaha untuk seonggok jiwa yang hanya mampu meratap tanpa berbuat.
Ahh..seonggok jiwa yang menyedihkan..
Seonggok jiwa yang sedang merasa amat kesakitan..
Seonggok jiwa yang harus memilih..
Seonggok jiwa yang takut akan konsekuensi pilihannya...
Seonggok jiwa yang memang hanya dapat termangu..
Seonggok jiwa..
Bangkitlah..
No comments:
Post a Comment