Sunday, April 24, 2011

ibarat cahaya, ia tak menyapa kamar yang tak dibuka jendelanya..

Bismillahirrahmanirrahiim..

Tulisan ini saya buat untuk ikutan lomba "The Amazing Hidayah". Hmm..apa ya..sebenarnya merasa culun aja sih sama tulisan ini..tapi yasudahlah..yang penting berbagi..hehehe


Kalaulah bukan karena cinta-Nya yang sungguh luar biasa..


Mungkin aku bukanlah aku yang sekarang ini….aku yang berusaha untuk terus belajar mengeja petunjuk-petunjuk cinta yang Ia anugerahkan pada tiap detik helaan nafasku..

Kalaulah bukan karena cinta-Nya yang tak terhingga..

Mungkin aku tak akan pernah mengenal jalan ini. Jalannya mereka manusia-manusia pilihan yang kelak kan bermandikan cahaya karena jejak-jejak cinta yang mereka persembahkan dengan ikhlas di dunia hanya untuk-Nya.

Rabbi..kalaulah bukan karena cinta-Mu yang tak henti-hentinya Kau curahkan..akan seperti apakah diriku ini??

Ahh..hidayah..Kalaulah bukan karena cinta-Nya..akankah kau sudi untuk mendatangi diriku yang begitu hina?

Menjadi seorang muslimah berjilbab yang menutup aurat adalah hal yang tak pernah terlintas di pikiranku dulu. Yaa..jangankan terpikir untuk menutup aurat, melihat mereka -manusia-manusia langitan yang berjilbab- aja bawaannya udah males buangeeet. Dimataku mereka adalah makhluk-makhluk yang aneh binti ajaib. Gak terpikirkan bagaimana monotonnya hidup menjadi jilbaber yang kerjaannya mojok aja sambil baca Qur’an. Huekhh..gak banget deh, pikirku dulu. Pasti kalau diajakin ngomong gak nyambung nih, trus kalau diajakin becanda pasti gak pada ketawa nih, ntar kalau ngomong yang keluar ayat mulu deh nih, begitu pikiran-pikiran negatif yang sering terlintas ketika kupandangi mereka dalam-dalam. Jilbaber..jilbaber..ada yaa makhluk se-anteng dan se-diam mereka?ckckckck..

Pandangan negatif akan jilbaber tersebut terus bergelayutan di otakku hingga aku menginjak SMA. Ya..walaupun dulu ketika kelas 6 SD aku sendiri pernah menjadi jilbaber temporary. Temporary karena kala itu tak seumur jagung aku mengenakan jilbab. Singkat cerita, aku terpaksa mengenakan jilbab karena salah potong rambut. Jadilah rambutku acak kadul gak bermodel yang membuat aku malu bukan main. Di sela-sela keputusasaanku, muncullah ide gila untuk mengenakan jilbab sementara sembari menunggu rambutku tumbuh. Kalau mengingat-ingat bagaimana gembiranya ekspresi bunda melihat aku yang bahkan belum akhil balig itu sudah menutup aurat, rasa bersalah masih kerap muncul. Tak heran ketika menginjak SMP bunda tak henti-hentinya menceramahiku untuk kembali menutup aurat dan mengenakan jilbab. Namun, diriku yang bebel ini hanya diam sambil sesekali menjawab “iya” walaupun tak pernah benar-benar kulakukan apa yang bunda minta. Berjilbab.

Masa awal SMA, pandangan terhadap jilbab secara garis besar masih tetap sama. Namun, setelah “dipaksa” oleh guru agama untuk mengikuti keputrian yang diselenggarakan oleh ROHIS akhirnya pandangan itu mulai berubah. Yap, AKU MAU BERJILBAB. Tapi nanti.. kalau udah punya suami..hehehe..walaupun sudah tau hukum menutup aurat, aku masih saja bandel. Rasanya masih gak rela untuk melepaskan masa-masa remaja yang penuh dengan keceriaan dan cinta. Nanti-nanti aja deh kalau udah laku, nanti kalau pake jilbab gak bisa punya pacar lagi, pikirku. (Oya, salah satu tujuanku dulu ketika masuk SMA adalah punya pacar –saking jahilnya- , tapi Alhamdulillah Allah tidak pernah mengabulkan impian gila tersebut..)

Naik kelas 2, semua alasan-alasan yang kukemukakan untuk menunda proses hijrahku kemudian terbantahkan. Nanti. Dulu aku senang sekali menggunakan kata ini. Nanti aja kalau udah bla bla bla, nanti deh kan masih mau bla bla bla. Nanti. Pun pada akhirnya, Allah menunjukkan pada diriku, akankah ada nanti? Apakah umurku akan sampai pada masa nanti tersebut? Disitulah hidayah itu datang membasahi hatiku yang gersang dan tandus. Ketika dalam kesendirian bersama rasa sakit yang menyerang, ia menghampiriku. Halus, lembut, dan membuatku berpikir, akankah hari esok dapat kurasakan?

Kematian.

Ternyata cara terampuh untuk mencairkan hatiku yang beku ini adalah dengan menghadirkan gambaran bahwa tidak akan ada lagi hari esok untuk berubah. Ya, Allah dengan kuasa-Nya menghadirkan bayangan-bayangan diriku yang sedang terkapar tak bernyawa di saat aku sedang merasakan rasa sakit yang tak tertahankan. Ku lihat bayangan teman-temanku yang menangis mengelilingiku. Wajah bunda, wajah ayah, wajah abang, adik, semuanya banjir oleh airmata. Dan aku pun terdiam sambil menjatuhkan bulir-bulir air mata penyesalan. Ya Allah, aku belum sempat bertaubat, aku bahkan belum menutup aurat! Tersedu-sedu meratapi diri dan entah bagaimana akupun tak sadarkan diri.

Keesokan paginya aku bersorak lega. Aku masih hidup ya Allah!Allah masih memberikanku nyawa, masih memberikan udara untuk kuhirup, masih memberikan umur bagiku untuk bergerak meraih cinta-Nya. Kini tak ada lagi kata nanti, aku akan berjilbab, aku akan menutup aurat!

Hari pertama berjilbab rasanya aneh. Masih teringat jelas ekspresi takjub teman-teman laki-lakiku yang melihat diriku berpenampilan layaknya anak ROHIS. “Loe gak salah Sar?” sambil memandangiku dengan tatapan heran dan mulut menganga. Aku hanya senyam-senyum menanggapi tingkah mereka. Sepanjang jalan, dari kelas menuju musholla aku dibanjiri dengan ucapan selamat dari kakak-kakak ROHIS. Hmm..enak juga pake jilbab, belom apa-apa udah tenar, ,pikirku. Ya, aku tak peduli dengan pandangan orang terhadapku, walaupun ada yang bilang tidak pantas, tidak matching antara kelakuan dengan penampilan, aku tak ambil pusing. Karena kupikir, di hari akhir kelak nanti, toh urusanku bukan dengan kalian, tapi dengan Allah yang telah memberiku kesempatan hidup.

Jatuh-bangun. Ya..bisa dibilang seperti itulah perjalananku untuk mereguk manisnya berjuang di jalan cinta para pejuang. Ibarat naik roller-coaster, adakalanya menukik tajam, menghempas jatuh ke tanah. Adalakanya malambung tinggi, menggenggam langit. Ada suatu saat ketika teman-teman sepergaulanku mulai menjauh ketika aku sudah bertransformasi dengan penampilan yang baru. Hmm..lagi-lagi masih teringat jelas di memoriku pertanyaan mereka mengenai keikutsertaanku pada kepengurusan ROHIS “ngapain sih loe masuk ROHIS??” “Gue pengen tobat” jawabku. “Tobat gak mesti masuk ROHIS kan?!” Jleb. Aku hanya diam dan tak mampu menjawab pertanyaan mereka. Mungkin ini sudah jalannya, aku harus memilih jalan mana yang harus kulalui. Pada akhirnya aku memilih untuk berada di jalan cinta para pejuang, jalan yang dulu tak pernah terpikirkan untuk kulalui hingga saat ini.

Memang, perjalanan yang kulalui masih panjang dan berliku. Namun ketika memutar kepingan memori masa lalu, Ya Allah betapa beruntungnya aku. Aku yang seperti ini. Aku yang begitu penuh dengan kekurangan ini, Engkau berikan kesempatan untuk meninggalkan jejak cinta di bumi cinta-Mu. Engkau berikan aku saudara/I yang mengingatkanku dikala aku lupa, menguatkanku dikala aku lemah, menggenggam erat tanganku dikala aku jatuh.

Allah Yaa Rahiim..andaikata dulu tak kau hadirkan ia dalam hidupku, akankah aku tetap menjadi orang yang sama?

Hidayahku..terima kasih engkau telah sudi tuk menghampiriku..
Tak peduli seberapa buruknya diriku…Kan ku genggam hidayah ini erat-erat selamanya..


4 comments:

  1. Subhanallah.. Keep istiqomah :)

    Dulu saya juga ga kebayang bakal pake jilbab ssuai syariat sprti ini. Kayanya harus belajar agama sampe mantep banget baru boleh pake jilbab dalam. Untung ada guru saya yang meyakinkan sehingga bisa seperti skrg. Duh, bener2 bersyukur banget telah diberi hidayah ini :)
    Nice post :)

    ReplyDelete
  2. ma'an najah yaa shalihah untuk lombanya.
    semoga tetap istiqamah, hingga nanti ajal menjemput kita. :)

    btw, meskipun tipe tulisan kita rada2 sama, alias.. "yaa nulis semaumau gue, lo gak usah ngatur2,," haha.
    tapii.. boleh ngasi sarankah ? hoho.. *meskipunbelomdiizinintapimaubilangini*

    sebisa mungkin, kita nulis dengan kata yang jelas, meski gak harus baku juga, hmm, sederhananya, jangan disingkat2 tulisannya neng, apalagi ini buat lomba, *loh?

    hmm, misalnya diawal2 ceritamu tadi tuh, aku masih nemuin kata "trus.." atau "ntar"..

    #maapyahpanjaaaangkomennya :D

    ReplyDelete
  3. siiip mbak. Insya Allah..semoga kita selalu diberikan keistiqomahan oleh Allah SWT :D
    semangkA ^^

    ReplyDelete
  4. hohoho...boleh bangeeeeeeeeeeet lah zah, itu justru yang paling ditunggu :D
    hmm..makanya gw ngerasa culun banget sma tulisan ini zah, mmm..gak tau deh, sindrom "mampet" pas giliran nulis hal2 yang "bertujuan" kambuh lagi sepertinya..

    Okkeh..hope next time will be better...fighting!

    #makasihbangetlokhzahbuatsarannya..sangatbermanfaaaaat ^^

    ReplyDelete